Friday, September 19, 2025
HomeBeritaRibuan tentara Suriah ikuti pelatihan militer di Turki

Ribuan tentara Suriah ikuti pelatihan militer di Turki

Turki memulai program pelatihan berskala besar bagi ribuan personel militer dan polisi Suriah.

Langkah ini disebut sebagai salah satu hasil utama dari kesepakatan keamanan yang ditandatangani Ankara dan Damaskus pada Agustus lalu, setelah tercapai titik temu dalam pembicaraan panjang kedua pihak.

Menurut sumber yang dikutip Al Jazeera Net, program ini bertujuan membangun kembali kapasitas militer dan keamanan Suriah serta memperkuat kerja sama perbatasan.

Saat ini sekitar 300 orang—mayoritas prajurit dan sebagian perwira polisi—sedang mengikuti pelatihan di dua basis militer di kawasan tengah dan timur Turki.

Jumlah peserta diproyeksikan meningkat menjadi 5.000 orang dalam jangka pendek, dengan target hingga 20.000 tentara dan polisi dalam jangka menengah hingga panjang.

Kesepakatan yang diteken 3 Agustus 2025 di Ankara melibatkan Menteri Pertahanan Turki, Yasar Güler, dan mitranya dari Suriah, Marhaf Abu Qasra.

Penandatanganan turut disaksikan Menteri Luar Negeri Suriah Asad al-Shaibani dan Kepala Intelijen Hussein Salama.

Selain pelatihan, kesepakatan juga mencakup pemberian sistem persenjataan, perlengkapan logistik, konsultasi teknis, hingga pelatihan khusus di bidang kontra-terorisme, teknik militer, pertahanan siber, dukungan logistik, dan rehabilitasi militer.

Menuju tentara profesional

Pengamat menilai Suriah saat ini membutuhkan pembentukan lembaga militer yang lebih profesional, meninggalkan pola lama yang bercorak faksional.

Omer Ozkizilcik, peneliti di Dewan Atlantik, Ankara, menilai kerja sama pertahanan dengan Turki sangat penting bagi perjalanan Suriah menuju stabilitas.

“Pelatihan ini akan membantu Suriah membangun tentara yang lebih profesional dan terpusat,” katanya.

Ia menekankan, tentara Suriah saat ini pada dasarnya masih terdiri atas gabungan kelompok bersenjata oposisi yang terdahulu.

“Karena itu, kehadiran inti pasukan yang benar-benar terlatih sangat penting. Suriah membutuhkan dukungan dan pelatihan mendesak untuk membentuk tentara yang efektif,” ujarnya.

Menurut Ozkizilcik, hanya Turki yang memiliki kemauan dan kemampuan membagi pengalaman serta pengetahuan militer dengan Suriah.

“Turki adalah mitra yang tak ternilai bagi Suriah,” katanya.

Kepentingan bersama

Sejumlah analis melihat pelatihan militer ini erat kaitannya dengan tujuan bersama Ankara dan Damaskus, terutama di wilayah utara dan timur Suriah.

Fokus utama adalah menuntaskan persoalan keberadaan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang oleh Turki dianggap sebagai perpanjangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan ancaman bagi keamanan nasionalnya.

Pengamat politik Mustafa al-Na’imi menilai pelatihan ini merupakan bagian dari strategi pertahanan bersama kedua negara.

Menurutnya, pemerintahan baru di Damaskus mewarisi infrastruktur keamanan dan intelijen yang rapuh.

“Dalam kerangka internasional, ada kesadaran perlunya mengembalikan stabilitas Suriah lewat jalur Arab dan Turki. Yordania memainkan peran penting dari sisi kerja sama keamanan, sementara Turki sejak awal revolusi Suriah hingga kini memiliki posisi strategis dalam mendukung pembangunan kembali institusi militer dan keamanan,” katanya.

Na’imi menambahkan, salah satu pendorong utama kerja sama Suriah–Turki adalah kebutuhan menghadapi ancaman bersama dari kelompok bersenjata Kurdi yang berafiliasi dengan PKK, serta organisasi yang oleh kedua negara dikategorikan sebagai kelompok teroris.

Ia bahkan memperkirakan “peta jalan baru” segera dirumuskan untuk mengatasi persoalan SDF, terutama di wilayah Aleppo, Deir ez-Zor, dan Hasakah.

Mengenai kemungkinan dampak kerja sama ini terhadap hubungan Suriah dengan Amerika Serikat (AS) maupun Rusia, Na’imi menilai Damaskus berupaya menjaga keseimbangan.

“Kebijakan luar negeri Suriah kini bertumpu pada prinsip mempertahankan kepentingan nasional dan memulihkan stabilitas negara,” ujarnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular