turki

Festival Lomba Panjat Tebing Es di Turki, Dihadiri Berbagai Atlet International

GAZA MEDIA, ERZURUM – Kegiatan lomba festival panjat tebing es berlangsung di pusat Balan Dokan Erzurum, Turki Timur. Dengan dihadiri oleh berbagai atlet international sejumlah mancanegara.

Festival ini merupakan yang ketiga kalinya dengan lokasi berada di taman es industri, pusat ski Balan Dukan.

Berbagai atlet internasional, mulai dari Amerika Serikat, Italia, Prancis, Georgia, dan Iran turut berpartisipasi dalam festival tersebut. Hal ini juga terjadi saat mereka mendaki gunung es buatan pertama di Turki dengan peralatan pengamanan mereka sendiri.

Pusat Balan Dokan Erzurum di negara bagian Timur Turki adalah salah satu pusat wisata musim dingin terpenting di negara ini, yang berisi banyak hotel dan fasilitas wisata, dan dikunjungi oleh banyak turis lokal dan asing.​[]

Polisi Sita Lebih dari 16.000 Artefak Bersejarah di Turki

GAZA MEDIA, ANKARA — Polisi Turki menyita lebih dari 16.000 artefak bersejarah di Ankara Turki pada Senin, menurut sumber keamanan.

Sebanyak 16.398 koin kuno dan 399 perhiasan disita ketika polisi anti-penyelundupan menghentikan sebuah kendaraan di distrik Mamak atas petunjuk, kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya karena pembatasan berbicara kepada media.

Sopir, yang telah ditangkap, akan dikirim ke gedung pengadilan setempat setelah melalui prosedur polisi.

Artefak sejarah, yang ditemukan berasal dari periode Bizantium, Romawi, Seljuk, dan Ottoman, akan dikirim ke Museum Peradaban Anatolia di Ankara.[]

Ilmuwan Turki Berhasil Kembangkan Sistem Kendali Drone

GAZAMEDIA, ISTANBUL – Setelah dua tahun melakukan riset dan kajian secara serius, seorang Ilmuwan asal Turki Tansu Filik akhirnya berhasil mengembangkan sistem lokal untuk mengendalikan multi drone secara bersamaan. Filik merupan llmuwan yang dibesarkan di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Eskişehir.

Filik selaku pendiri perusahaan produksi (RE-SCIENCE Technology) berhasil mengembangkan produksi sistem berteknologi tinggi bersama timnya, untuk menghasilkan sebuah sistem control untuk mengendalikan 12 drone sekaligus  dengan daya jelajah sejauh 20 kilometer persegi.

Sistem baru ini diklaim mampu pengendalian 12 drone, masing-masing dengan berat antara 5,5 dan 6,5 kg saat lepas landas dan mampu berkomunikasi dan mengatur koordinasi operasional melalui jaringan komunikasi terenkripsi, di samping kemungkinan peningkatan jumlah drone dan jangkauan yang lebih jauh lagi.

Sistem kontrol baru, yang dapat digunakan dalam aplikasi militer dan sipil, memberikan kemampuan untuk melakukan survei area seluas 20 km persegi hanya dalam 55 menit, selain itu, sistem kontrol tersebut berkemampuan mencari sinyal dan mengambil gambar serta merekam klip daerah tujuan operasi drone tersebut.

Tansu Filik mengatakan, sistem yang telah dikembangkan memungkinkan drone untuk melakukan tugas-tugas multiguna seperti menemukan dan menentukan lokasi dan sumber sinyal tanpa kendali manusia.

“Sistem baru ini memungkinkan drone untuk melakukan tugas mencari orang yang membutuhkan bantuan dan menemukan mereka dengan melakukan survei di area yang luas,” jelasnya.

Kemungkinan, lanjut Filik peningkatan kapasitas penyerapan sistem, yang dikembangkan sepenuhnya secara lokal di Universitas Teknik Eskişehir, yang menunjukkan bahwa pencapaian ini adalah hasil dari penelitian dan studi yang dilakukan selama dua setengah tahun.

“Sistem ini dilengkapi dengan infrastruktur yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah drone di skuadron, sesuai dengan kebutuhan lapangan,” imbuhnya.

Dia menjelaskan bahwa satu drone melakukan survei di area kecil, sedangkan drone lainya dapat mensurvei area yang luas sekaligus.

“Sistem tersebut dapat digunakan dalam aplikasi sipil dan militer, di bidang pengembangan pertanian, analisis tanah, dan kegiatan pencarian dan penyelamatan saat terjadi bencana alam,” tungkasnya. []

Vaksin Turki Turkovac Mulai Diproduksi Massal

Turki dengan cepat mengambil langkah begitu kasus virus korona pertama di negara itu dilaporkan pada Maret 2020 dan meluncurkan penelitian untuk mengembangkan vaksin pertamanya.

Studi vaksin didukung oleh Kepresidenan Institut Kesehatan Turki (TUSEB) dan Dewan Riset Ilmiah dan Teknologi Turki (TUBITAK) dan vaksin tidak aktif yang dikembangkan oleh Universitas Erciyes menunjukkan kemajuan pesat, seperti dikutip dari AA.

Sementara itu, proses pengembangan Turkovac dimulai pada April 2020 di mana uji coba pada hewan berhasil diselesaikan pada Oktober di tahun yang sama.

Studi fase 1 untuk vaksin dimulai pada bulan berikutnya dan diberikan kepada 44 sukarelawan.

Studi fase 2 diluncurkan pada 10 Februari 2021 dengan 250 sukarelawan.

Karena kedua fase menunjukkan data positif, pihak berwenang meluncurkan Fase 3 dari proses pembuatan.

Sebagai bagian dari studi Fase 3, dosis pertama vaksin diberikan pada 22 Juni 2021 dalam program yang diikuti Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang mengumumkan nama vaksin itu sebagai Turkovac.

Ribuan sukarelawan yang belum terinfeksi Covid-19 atau divaksinasi sebelumnya diberikan Turkovac sebagai bagian dari studi Fase 3.

Pada bulan Oktober tahun ini, Turkovac diberikan sebagai suntikan booster.

Relawan yang sebelumnya menerima dua dosis vaksin Sinovac diberikan Turkovac atau Sinovac tergantung pada preferensi pribadi mereka.

Produksi massal dimulai 

Pada 25 November, Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mengatakan pihak berwenang telah mengajukan persetujuan penggunaan darurat Turkovac, dan itu diberikan bulan berikutnya oleh Badan Obat dan Alat Kesehatan Turki.

Berbicara pada Rabu di fasilitas produksi vaksin di provinsi Sanliurfa Turki tenggara, Koca mencatat bahwa produksi massal Turkovac telah diluncurkan.

Dengan perkembangan terakhir ini, Turki menjadi negara kesembilan di dunia yang mampu memproduksi vaksin Covid-19 sendiri.

Penggunaan umum Turkovac diperkirakan akan dimulai sebelum akhir tahun ini.

Dengan memproduksi vaksin dalam negeri, Turki bertujuan mengakhiri ketergantungannya pada asing terkait pengadaan vaksin Covid-19 dan membantu mendistribusikan vaksin ke negara-negara yang belum memiliki akses ke vaksin tersebut.[]

14 Tersangka Daesh/ISIS Ditangkap di Turki

GAZA MEDIA, ISTANBUL – Pasukan keamanan Turki menangkap 14 orang, termasuk 13 warga negara asing, yang diduga terkait dengan kelompok teroris Daesh/ISIS di Istanbul, kata sumber keamanan, Kamis (16/12), seperti dikutip dari AA.

Tim polisi anti-teror melancarkan operasi untuk menangkap para tersangka, yang diyakini sebagai bagian dari kelompok yang merencanakan serangan atas nama Daesh/ISIS, kata sumber yang namanya dirahasiakan terkait pembatasan berbicara kepada media.

Sebagai bagian dari penyelidikan, polisi melakukan penggerebekan serentak di 15 lokasi pada sembilan distrik metropolis.

Materi digital dan dokumen organisasi juga disita selama penggerebekan.

Turki adalah salah satu negara pertama yang mendeklarasikan Daesh/ISIS sebagai kelompok teror.

Sejak itu, negara tersebut telah diserang oleh kelompok teroris itu beberapa kali.

Mereka telah melakukan setidaknya 10 bom bunuh diri, tujuh serangan bom, dan empat serangan bersenjata, menewaskan 315 orang dan melukai ratusan lainnya.

Sebagai balasan, Turki meluncurkan operasi anti-teror di dalam dan luar negeri untuk mencegah serangan lebih lanjut.[]

Erdogan: Turki Siap Jadi Mediator Konflik Rusia-Ukraina

GAZA MEDIA, ANKARA – Turki siap memainkan peran mediator, fasilitator, atau memberikan dukungan dalam format apa pun yang diinginkan untuk mengakhiri ketegangan Rusia-Ukraina dengan persetujuan kedua belah pihak, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Rabu.

Berbicara kepada wartawan saat kembali dari Qatar, Erdogan mengatakan harapan Turki adalah bahwa “ketegangan tidak semakin meningkat dan stabilitas di kawasan itu tetap terjaga.”

“Kami siap memberikan dukungan terbaik kami untuk membangun saluran dialog,” ujar dia.

“Dengan persetujuan kedua belah pihak, kami dapat menawarkan dukungan seperti fasilitasi, mediasi, atau format lain yang diinginkan. Tentu saja, kami akan melakukan bagian kami tanpa ragu-ragu untuk perdamaian kawasan,” ungkap presiden.

Ketegangan yang sudah berlangsung lama atas pencaplokan ilegal Krimea oleh Rusia pada 2014 telah diperburuk oleh separatis yang didukung Rusia di wilayah perbatasan timur Donbas, bersama dengan penempatan pasukan Rusia yang dikecam oleh Barat, seperti dikutip dari Aa.

Pada Jumat, menteri pertahanan Ukraina memperingatkan bahwa Rusia dapat memicu eskalasi skala besar pada Januari tahun depan.

Oleksiy Reznikov mengatakan sekitar 94.000 tentara Rusia dikerahkan di perbatasan Ukraina dan pasukan intelijen sedang mengerjakan semua skenario yang mungkin muncul.

Setelah itu, AS mengatakan akan mengambil tindakan sanksi ekonomi terhadap Rusia jika Moskow meningkatkan agresi militer terhadap Ukraina.

Dubes Turki bertemu dengan Wamenlu Pemerintahan Taliban

GAZA MEDIA, ISTANBUL – Duta Besar Turki untuk Afghanistan bertemu dengan wakil menteri luar negeri sementara pemerintahan Taliban di Kabul pada Rabu, menurut seorang pejabat Taliban.

Pertemuan antara Duta Besar Turki Cihad Erginay dan Wamenlu Sher Mohammad Abbas Stanekzai “berfokus pada pembahasan hubungan bersejarah antara kedua negara, mereka berharap dapat memperkuat hubungan mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan Abdul Qahar Balkhi.

Dia menambahkan bahwa Erginay “memuji isu keamanan” dan menjamin bantuan kemanusiaan untuk negara yang dilanda perang itu, seperti dikutip dari AA.

Dalam sebuah pernyataan di Twitter, Balkhi mengatakan Stanekzai berterima kasih kepada duta besar Turki “atas kerja sama mereka dan memastikan kerja sama yang komprehensif dan tetap bersatu sebagai negara Muslim.”

Turki, bersama beberapa negara lain, memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Afghanistan karena organisasi internasional telah memperingatkan bencana kemanusiaan yang mengancam yang diperburuk oleh pemblokiran cadangan Afghanistan oleh AS.

Washington membekukan aset Afghanistan setelah mengeluarkan semua pasukannya pada Agustus.[]

Khalid Mishal Janji Lanjutkan Perlawanan Sampai Palestina Merdeka

GAZAMEDIA, ISTANBUL – Kepala komite sahabat Palestina di Parlemen Turki, Hasan Toran tegaskan sikap dukungan negaranya di bawah kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan rakyat Turki terhadap perjuangan Palestina akan terus berlanjut.

Toran juga mengumumkan pembentukan koalisi internasional untuk Al Quds yang diisi oleh para anggota parlemen Turki dan sejumlah tokoh berpengaruh di seluruh dunia.

“Pembebasan Baitul Maqdis itu menjadi kewajiban kita bersama baik bangsa-bangsa Arab dan umat Islam di dunia dalam membebaskan Palestina dengan berbagai cara, ” kata Toran kepada jurnalis GAZAMEDIA di Istanbul,  Kamis (2/12) waktu setempat.

Sementara itu, Khalid Mishal, pimpinan gerakan Hamas di luar negeri menuntut negara – negara Islam terutama di asia tenggara untuk terus memerangi rencana dan propaganda penjajah yang berusaha melakukan penetrasi terhadap rakyat nya.

Mishal berjanji melanjutkan persiapan dan perlawanan sebagai cara untuk sampai pada pembebasan seluruh tanah Palestina.

Umimah Tijani, ketua koalisi wanita dunia untuk Al Quds dan Palestina mengatakan wanita adalah pembentuk pria sejati dan masyarakat wanita juga akan terus mendampingi kaum pria dalam mempertahankan Palestina.

“Isu Palestina adalah misi umat Islam yang paling penting dimanapun berada. Kita harus bersatu melawan penjajahan yang telah membantai anak – anak tak berdosa di tengah bisu nya dunia” pungkasnya.

Penulis: Muhammad Husein

Turki Berlakukan Larangan Perjalanan ke 5 Negara Afrika Karena Varian C-19 Baru

GAZA MEDIA, ISTANBUL – Turki pada Jumat memberlakukan larangan perjalanan pada lima negara Afrika setelah munculnya varian virus korona baru.

“Perjalanan dari Botswana, Republik Afrika Selatan, Mozambik, Namibia, dan Zimbabwe ke negara kami melalui semua penyeberangan perbatasan darat, udara, laut, dan kereta api tidak akan diizinkan mulai malam ini,” kata Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca di Twitter.

Organisasi Kesehatan Dunia telah menyatakan jenis virus korona baru dari Afrika Selatan sebagai “varian yang menjadi perhatian,” dan menamakannya Omicron, seperti dikutip dari AA.

Inggris juga telah menangguhkan penerbangan dari Botswana, Eswatini, Lesotho, Namibia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe, sedangkan negara-negara anggota Uni Eropa (UE) setuju untuk memberlakukan pembatasan cepat pada semua perjalanan dari negara-negara ini serta Mozambik.[]

 

Polisi Turki menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa wanita di Istanbul

GAZA MEDIA, TURKI – Pawai untuk Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan yang dihadang oleh polisi anti huru hara.  Polisi Turki menembakkan gas air mata dan peluru karet pada Kamis untuk memukul mundur ribuan orang, banyak dari mereka perempuan, yang turun ke jalan di Istanbul untuk memperingati Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.

Protes, bagian dari satu minggu mobilisasi nasional, terjadi di tengah seruan agar Turki bergabung kembali dengan Konvensi Istanbul, perjanjian penting untuk melindungi perempuan yang mencakup 45 negara dan ditandatangani di kota terbesar Turki pada 2011. Sementara Turki adalah negara pertama yang menandatangani konvensi tersebut, pada bulan Juli Turki juga menjadi yang pertama menarik diri dengan pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan mengklaim inisiatif tersebut telah “dibajak oleh sekelompok orang yang mencoba untuk menormalkan homoseksualitas”.

Wanita Turki telah melakukan protes massal dua kali atas penarikan itu, pada bulan Maret ketika Erdogan pertama kali mengumumkan niatnya untuk mundur, dan sekali lagi pada bulan Juli, ketika langkah itu menjadi resmi. Erdogan berpendapat undang-undang yang ada di Turki sudah memberikan perlindungan yang cukup bagi perempuan, tetapi kelompok hak-hak perempuan di negara itu mengatakan konvensi tersebut memberikan peta jalan untuk undang-undang penting yang tidak pernah sepenuhnya diterapkan oleh pemerintah.

Setidaknya 285 wanita telah dibunuh oleh pria sejauh ini pada tahun 2021 di Turki, menurut platform We Will Stop Femicide, sebuah organisasi non-pemerintah yang melacak insiden semacam itu dan melobi agar para pembunuh diadili.

Pada hari Kamis, Menteri Dalam Negeri Turki mengakui statistik kementeriannya sendiri tentang pembunuhan wanita di negara itu menunjukkan tahun ini berada di jalur yang melebihi tahun lalu dengan 251 wanita terbunuh pada 15 November, dibandingkan dengan 268 pada tahun 2020 tetapi pemerintah sedang berupaya untuk membawa jumlah itu turun.

Bagi banyak wanita di Turki, klaim pemerintah bahwa mereka tertarik untuk melindungi mereka sulit dipercaya, terutama setelah penarikannya dari Konvensi Istanbul.

“Perempuan memenuhi jalan-jalan karena di Turki dan di seluruh dunia, kekerasan laki-laki meningkat,” kata Gokce, 25 tahun, dari Jaringan Pertahanan Perempuan, sebuah organisasi yang menghubungkan aktivis perempuan di seluruh negeri, kepada Al Jazeera.

Gokce mengatakan Konvensi Istanbul adalah produk kerja bertahun-tahun oleh para aktivis hak-hak perempuan, dan bahwa meskipun Turki tidak pernah sepenuhnya memenuhi kewajiban yang tercantum di dalamnya, penarikan itu mengejutkan.

“Erdogan menarik diri dari Konvensi Istanbul dalam satu malam, dengan alasan menyebarkan homoseksualitas,” katanya. “Para feminis menulis konvensi ini, dan mereka berjuang untuk menerapkannya. Mereka pergi dari satu pengadilan ke pengadilan berikutnya untuk menerapkannya dan itu masih belum sepenuhnya diterapkan di Turki. Seharusnya tidak hanya menjadi keputusan satu orang untuk menarik diri darinya. ” []