Pemerintah Israel pada Senin (7/10) memulangkan 171 aktivis yang ikut serta dalam Armada Keteguhan Global—konvoi kemanusiaan yang berupaya menembus blokade Jalur Gaza—termasuk di antara mereka aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg.
Laman Israel Hayom melaporkan bahwa para aktivis tersebut diterbangkan ke Yunani dan Slovakia setelah beberapa hari ditahan di fasilitas militer Israel.
Foto-foto yang beredar di media Israel memperlihatkan Thunberg bersama sejumlah aktivis lain di Bandara Internasional Ramon, selatan Israel, mengenakan pakaian santai dan kaus putih bertuliskan pesan solidaritas untuk Gaza.
Kementerian Luar Negeri Israel menyebut bahwa para aktivis yang dideportasi berasal dari berbagai negara Eropa dan Amerika Utara, antara lain Yunani, Italia, Prancis, Irlandia, Swedia, Polandia, Jerman, Bulgaria, Lituania, Austria, Luksemburg, Finlandia, Denmark, Slovakia, Swiss, Norwegia, Inggris, Serbia, dan Amerika Serikat.
Militer Israel sebelumnya telah menyita 42 kapal yang tergabung dalam armada tersebut pada Rabu malam pekan lalu saat berlayar di perairan internasional menuju Gaza, serta menahan ratusan aktivis dari berbagai negara yang berada di atas kapal.
Deportasi aktivis Arab dan muslim menyusul
Tim hukum asal Tunisia yang mendukung Armada Keteguhan memperkirakan bahwa Israel akan menuntaskan proses deportasi terhadap para peserta dari negara-negara Arab dan Muslim pada Selasa (8/10).
Di antara mereka terdapat 15 warga Tunisia yang masih ditahan sejak kapal mereka disergap di laut ketika berupaya menembus blokade Israel atas Gaza.
Dalam pernyataan resminya, tim tersebut menjelaskan bahwa “pemulangan akan dilakukan melalui Yordania, lewat Jembatan Raja Hussein, dan mencakup warga Tunisia, Aljazair, Maroko, Kuwait, Libya, Yordania, Pakistan, Bahrain, Turki, serta Oman.”
Disebutkan pula bahwa sekitar 170 aktivis asal Eropa telah dipulangkan lebih dulu ke Yunani, sementara 167 lainnya masih menunggu proses deportasi.
Pada Minggu malam, sepuluh aktivis Tunisia tiba di Bandara Tunis–Carthage setelah dibebaskan.
Mereka disambut meriah oleh ratusan warga yang mengibarkan bendera Tunisia dan Palestina serta meneriakkan slogan-slogan dukungan bagi perjuangan rakyat Gaza.
Perlakuan kasar dan tidak Mmanusiawi
Beberapa aktivis yang dibebaskan menceritakan kepada wartawan tentang “pelanggaran dan perlakuan kasar” yang mereka alami selama dalam tahanan.
Mereka menyebut mengalami “kelaparan dan penghinaan,” bahkan sebagian mengaku dipaksa meminum air limbah selama penahanan.
Armada Keteguhan Global yang berangkat akhir Agustus lalu merupakan upaya terbaru aktivis internasional untuk menantang blokade laut Israel terhadap Gaza—wilayah yang kini menghadapi genosida terbuka.
Selama 2 tahun terakhir, lebih dari 67.000 warga Palestina gugur, puluhan ribu lainnya luka-luka, dan sebagian besar infrastruktur di Gaza hancur, memicu krisis kemanusiaan yang digambarkan sebagai “terburuk dalam sejarah modern.”
Di tengah gelombang deportasi ini, armada baru yang terdiri atas 11 kapal—mengangkut tenaga medis, jurnalis, dan relawan kemanusiaan—dilaporkan sedang bersiap untuk kembali berlayar menuju pesisir Gaza.
Hal itu menegaskan tekad komunitas internasional untuk menembus blokade yang telah berlangsung lebih dari 18 tahun.