Pesawat tempur dan artileri Israel kembali menggempur Jalur Gaza pada Kamis (9/10) dini hari, termasuk di Kota Gaza dan Khan Younis.
Meskipun telah diumumkan adanya kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diharapkan menjadi langkah awal menuju akhir perang pemusnahan di wilayah tersebut.
Media Palestina melaporkan, serangan udara intensif menghantam bagian barat Kota Gaza.
Salah satu serangan menargetkan sebuah rumah di Kamp Al-Shati, yang dalam beberapa pekan terakhir menjadi sasaran gempuran dahsyat dan menelan banyak korban sipil.
Kanal televisi Al-Aqsha menyebutkan, artileri Israel juga menembaki sejumlah wilayah di Kota Gaza secara sporadis.
Sementara pada malam sebelumnya, tembakan artileri menghujani kawasan timur kota, termasuk lingkungan Al-Shuja’iyya, Al-Tuffah, dan Al-Daraj.
Bersamaan dengan itu, pasukan Israel meledakkan kendaraan lapis baja bermuatan bahan peledak di antara rumah-rumah warga di kawasan Al-Sabra, selatan Kota Gaza.
Menurut koresponden Al Jazeera, jet tempur Israel juga melakukan beberapa “serangan palsu” dengan menembakkan suar panas dari wilayah selatan hingga utara Jalur Gaza.
Di Khan Younis, bagian selatan Gaza, serangan udara pada Kamis dini hari disertai tembakan artileri berat.
Ledakan-ledakan mengguncang pusat kota yang sebelumnya telah porak poranda akibat operasi militer berbulan-bulan.
Dalam pernyataan di aplikasi Telegram, kantor media pemerintah Gaza menyebut delapan warga yang tengah berusaha mendapatkan bantuan tewas ditembak pasukan Israel dalam 24 jam terakhir.
Kementerian Kesehatan Gaza pada awal pekan ini melaporkan, jumlah korban jiwa akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 67.183 orang tewas dan 169.841 orang luka-luka — sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Peringatan baru dari militer Israel
Di tengah serangan yang terus berlanjut, juru bicara militer Israel memperingatkan warga agar tidak kembali ke Kota Gaza.
Ia menegaskan bahwa pasukan Israel masih mengepung wilayah tersebut dan menyebut “kembali ke sana sangat berbahaya”.
Menurutnya, seluruh area di utara Wadi Gaza masih dikategorikan sebagai “zona pertempuran aktif”, dan warga diminta menjauh dari daerah yang menjadi lokasi operasi militer.
Sementara itu, kantor media pemerintah di Gaza mengimbau warga agar berhati-hati dalam beraktivitas dan tidak bepergian melalui Jalan Al-Rashid dan Salahuddin hingga ada pengumuman lebih lanjut.
Hal itu mengingat kondisi keamanan yang tetap genting meskipun ada kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata.
Serangan terakhir Israel yang berlangsung dalam operasi “Arabat Gideon 2” kembali memaksa ratusan ribu warga mengungsi dari Kota Gaza.
Berdasarkan perkiraan lembaga kemanusiaan setempat, masih terdapat sekitar 200.000 hingga 300.000 warga Palestina yang bertahan di dalam kota, hidup di tengah reruntuhan dan ancaman serangan yang belum usai.