Thursday, October 16, 2025
HomeBeritaIsrael tutup perlintasan Rafah dan kurangi bantuan kemanusiaan

Israel tutup perlintasan Rafah dan kurangi bantuan kemanusiaan

Pemerintah Israel memutuskan untuk tidak membuka kembali perlintasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir pada Rabu (16/10), sebagai bentuk tekanan terhadap Hamas yang dinilai belum menyerahkan seluruh jasad tentara Israel yang tewas di Gaza.

Keputusan ini juga diikuti langkah untuk mengurangi secara drastis pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza, sebagaimana dilaporkan kanal televisi Israel Channel 13.

Menurut laporan tersebut, keputusan diambil berdasarkan rekomendasi lembaga-lembaga keamanan Israel, yang menilai Hamas belum mematuhi sepenuhnya kesepakatan pertukaran jasad antara kedua pihak.

Sebelumnya, kanal Kan melaporkan bahwa aparat keamanan Israel mengusulkan agar pemerintah menahan seluruh pasokan bantuan dan menutup Rafah hingga Hamas menyerahkan semua jasad tawanan Israel yang tewas selama perang.

Harian Maariv pada Selasa (14/10) mengutip seorang pejabat keamanan Israel yang menyebut bahwa perjanjian antara pihak perlawanan dan Israel tidak mencantumkan secara pasti jumlah jasad yang akan diserahkan pada hari Senin.

Dalam pelaksanaannya, Hamas menyerahkan empat jasad tentara Israel kepada Komite Palang Merah Internasional, sesuai dengan komitmen awal dalam kesepakatan tersebut.

Namun, menurut Haaretz, sumber-sumber di Tel Aviv menyebutkan bahwa aparat keamanan Israel sebelumnya memperkirakan proses penyerahan jasad akan berlangsung selama beberapa minggu—bukan hanya beberapa hari—dan mereka tidak menyangka bahwa Hamas hanya menyerahkan empat jasad.

Militer Israel mengklaim bahwa Hamas masih menyimpan informasi tentang sejumlah besar tawanan yang tewas, bukan hanya empat orang.

Namun, hingga kini pemerintah Israel belum menyatakan secara terbuka apakah keterlambatan itu dianggap sebagai pelanggaran perjanjian atau sekadar penundaan yang masih dapat ditoleransi.

Situs berita Axios mengutip seorang pejabat senior Israel yang menyebut bahwa Hamas “dalam beberapa jam terakhir menunjukkan upaya lebih besar untuk menemukan dan menyerahkan jasad para tawanan.”

Pejabat itu menambahkan bahwa “masih ada kemungkinan Hamas akan menyerahkan jasad tambahan hari ini.”

Ia juga menuduh Hamas salah menafsirkan klausul perjanjian.

“Mereka mengira tuntutan untuk mengembalikan jasad tidak begitu serius, dan baru menyadari bahwa Israel menanggapinya dengan sangat tegas,” katanya.

Menurut Axios, Israel telah menyampaikan melalui para mediator bahwa pengembalian jasad merupakan bagian penting dari kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi oleh Mesir, Qatar, dan Turki.

Kekhawatiran gagalnya kesepakatan

Dalam laporan lain, Yedioth Ahronoth mengutip seorang pejabat politik Israel yang memperingatkan bahwa keterlambatan dalam pengembalian jasad bisa mengancam keberlangsungan perjanjian.

“Kami belum memutuskan apakah keterlambatan ini akan dianggap pelanggaran, tapi kami sedang membahasnya,” ujar pejabat itu.

Ia menambahkan bahwa pihaknya ingin memberi waktu untuk menuntaskan proses ini, karena tampaknya pengembalian seluruh jasad akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.

Sementara itu, jaringan CNN melaporkan bahwa keluarga para tawanan Israel telah mengirim surat kepada utusan AS untuk Timur Tengah, Steven Witkoff, meminta pemerintah Amerika “bergerak cepat” untuk memastikan semua jasad dapat dikembalikan.

Sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump—yang menjadi bagian dari paket perjanjian “rekonsiliasi kemanusiaan”—pihak perlawanan Palestina berkomitmen untuk menyerahkan 28 jasad tawanan Israel.

Hal itu sebagai imbalan atas pembebasan jasad-jasad warga Palestina yang gugur di Gaza selama perang penghancuran.

Namun, Komite Palang Merah Internasional menegaskan bahwa proses penyerahan jasad para korban perang akan memakan waktu lama dan menghadapi tantangan besar.

“Situasi di lapangan sangat sulit. Banyak lokasi di Gaza hancur total, sehingga upaya menemukan jasad menjadi sangat rumit,” kata juru bicara Palang Merah, Christian Cardon.

Ia juga menambahkan bahwa ada kemungkinan bahwa beberapa jasad tidak akan pernah ditemukan—dan ini bahkan lebih menantang daripada proses pembebasan tawanan hidup.

Sejumlah laporan, termasuk dari media Israel, menyebut bahwa kini sedang dibentuk satuan tugas multinasional untuk membantu mengidentifikasi dan menemukan lokasi jasad tentara Israel yang masih hilang di Gaza.

Dalam kerangka yang sama, perjanjian gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang diumumkan Trump juga mencakup pembentukan komite internasional yang bertugas membantu pencarian dan identifikasi tempat pemakaman para tawanan Israel yang tewas.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler