Friday, October 17, 2025
HomeBerita55 juta ton reruntuhan hambat bantuan kemanusiaan di Gaza

55 juta ton reruntuhan hambat bantuan kemanusiaan di Gaza

Ketua Jaringan LSM Palestina, Amjad al-Syawa, menyebut bahwa sekitar 55 juta ton reruntuhan bangunan dan infrastruktur akibat 2 tahun perang Israel di Jalur Gaza kini menjadi penghalang utama bagi upaya bantuan kemanusiaan dan penampungan warga.

Dalam wawancara khusus dengan Al Jazeera Net, ia memperkirakan biaya rekonstruksi Gaza akan mencapai 70 hingga 90 miliar dolar AS.

Selain itu juga memerlukan waktu bertahun-tahun mengingat besarnya kerusakan yang melanda seluruh sektor kehidupan.

Ia menegaskan bahwa Gaza membutuhkan pembangunan ulang yang menyeluruh dan nyata, dengan mekanisme pengawasan internasional atas arus bantuan kemanusiaan agar Israel tidak kembali menghalangi pelaksanaannya.

Berikut ini adalah teks wawancaranya:

  • Laporan PBB menyebutkan sekitar 55 juta ton reruntuhan akibat perang. Seberapa besar dampaknya terhadap upaya bantuan dan penampungan warga?

Bahkan mungkin lebih dari itu. Tumpukan reruntuhan dalam jumlah besar membuat lembaga-lembaga kemanusiaan tidak mampu menjangkau banyak wilayah penting.

Terutama di Kota Gaza, wilayah utara, dan timur Khan Younis, karena banyak jalan utama tertutup total.

Selain itu, kerusakan infrastruktur sangat luas—terutama jaringan air bersih dan sanitasi.

Dalam kondisi seburuk ini, kami juga kekurangan alat berat untuk menyingkirkan puing-puing. Semua ini membuat proses pemulihan kehidupan menjadi sangat lambat.

Situasi ini juga menghambat kembalinya para pengungsi ke rumah mereka. Banyak yang kini bergantung sepenuhnya pada komitmen masyarakat internasional untuk memastikan bantuan dan kebutuhan dasar bisa terus mengalir.

  • Apa kebutuhan paling mendesak untuk bantuan darurat dan penampungan warga?

Gaza kini membutuhkan segalanya—secara harfiah. Yang paling mendesak adalah peralatan penampungan, terutama tenda dan rumah portabel (kafilah).

Kami memperkirakan setidaknya 300.000 tenda baru harus segera dikirim, karena sebagian besar tenda yang ada sudah lapuk dan tak layak, sementara musim dingin sudah di depan mata.

Kami juga membutuhkan pasokan pangan dalam jumlah besar, sebab seluruh penduduk Gaza kini bergantung pada bantuan kemanusiaan.

Puluhan ribu anak menderita gizi buruk akut, dan lebih dari 90 persen warga kehilangan sumber penghasilan selama dua tahun perang.

Selain itu, kami menyerukan agar diperbanyak dapur umum komunitas (taka), karena banyak keluarga yang tidak mampu memasak sama sekali.

Kami juga membutuhkan perbaikan sistem air bersih, dengan pembangunan stasiun desalinasi dan pengiriman air menggunakan truk tangki.

Kebutuhan lainnya termasuk generator listrik berbahan bakar minyak, panel surya, serta perbaikan jaringan komunikasi agar pelayanan publik dan fasilitas vital bisa berfungsi kembali, meski secara terbatas.

  • Setelah kesepakatan gencatan senjata, seberapa besar bantuan yang diizinkan masuk oleh Israel?

Seharusnya tidak ada batasan jumlah truk bantuan yang masuk setiap hari. Saat ini 600 truk per hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari dua juta warga Gaza.

Israel juga harus mengizinkan sektor swasta untuk memasukkan berbagai barang yang kini langka. Selain itu, UNRWA harus dibiarkan bekerja tanpa hambatan, karena lembaga ini menanggung 40–50 persen layanan kemanusiaan di Gaza.

Banyak pula organisasi internasional lain yang dilarang Israel membawa masuk ribuan truk bantuan yang sudah menumpuk di perbatasan.

Respons finansial dari negara-negara donor pun masih jauh dari memadai, mengingat besarnya penderitaan dan kerusakan yang terjadi.

Kami juga memerlukan tim khusus untuk menangani bahan peledak dan sisa-sisa perang yang masih menewaskan warga sipil hingga kini.

  • Apakah Israel sudah menunjukkan komitmen terhadap kesepakatan bantuan kemanusiaan itu?

Belum. Hingga kini Israel tidak memenuhi janji baik dalam jumlah maupun jenis barang yang diizinkan masuk.

Tekanan internasional harus terus dilakukan agar bantuan penting seperti tenda dan bahan bangunan bisa masuk segera.

Kami mendesak agar segera dikirim alat berat untuk membersihkan reruntuhan, membuka jalan, dan mengevakuasi ribuan jenazah yang masih tertimbun di bawah puing-puing.

Saya juga mengusulkan dibentuk mekanisme pengawasan internasional untuk memastikan Israel tidak menghalangi atau mengingkari kewajibannya dalam pelaksanaan kesepakatan ini.

  • Banyak warga mengeluhkan harga kebutuhan pokok yang tetap tinggi. Apa penyebabnya?

Benar. Harga barang masih sangat tinggi karena Israel membatasi arus masuk barang dagangan.

Proses izin dan koordinasi sangat rumit serta mahal, ditambah biaya transportasi, bahan bakar, dan asuransi yang tinggi.

Selain itu, banyak gudang hancur dan sistem perbankan tidak berfungsi, membuat perdagangan lumpuh.

Semua hambatan ini harus segera diatasi agar pasar bisa kembali hidup dan harga-harga menjadi wajar.

  • Anda menyebut sekitar 1,5 juta orang kehilangan rumah. Di mana mereka kini tinggal?

Benar, sekitar 1,5 juta warga Palestina kehilangan rumah akibat perang—90 persen bangunan tempat tinggal hancur total atau sebagian dan tidak layak dihuni.

Bahan bangunan tidak tersedia sama sekali, bahkan untuk perbaikan kecil. Karena itu, ratusan ribu keluarga kini tinggal di rumah-rumah rusak atau tenda seadanya di lokasi yang tidak layak huni.

Kami sangat membutuhkan peralatan penampungan darurat—mulai dari tenda, kasur, selimut hingga perlengkapan kebersihan—untuk menghindari krisis kemanusiaan yang lebih dalam.

  • Bagaimana situasi reruntuhan dan limbah di kota-kota padat seperti Gaza dan Khan Younis?

Kerusakan di beberapa wilayah mencapai tingkat kehancuran lebih dari 85–90 persen, terutama di Rafah, Gaza bagian timur, Khan Younis, dan wilayah utara.

Akibatnya, jutaan ton reruntuhan kini menumpuk di kawasan permukiman, terutama di Kota Gaza yang mengalami penghancuran sistematis terhadap gedung-gedung bertingkat.

Selain itu, ada lebih dari 800 ribu ton sampah padat menumpuk di seluruh Jalur Gaza—sekitar 300 ribu ton di Kota Gaza saja.

Ini menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan warga, lingkungan, dan sumber air tanah.

Banyak keluarga pengungsi terpaksa mendirikan tenda di atas atau di sekitar tumpukan sampah, yang tentu berisiko tinggi terhadap kesehatan anak-anak, perempuan, dan kelompok rentan lainnya—terlebih menjelang musim hujan.

  • Berapa besar kebutuhan untuk sektor kesehatan dan sarana penunjang lainnya?

Sektor kesehatan merupakan prioritas utama. Kami menyerukan agar segera dilakukan rehabilitasi sistem kesehatan, serta memasukkan tim medis internasional untuk membantu.

Kami juga mendorong pendirian rumah sakit lapangan dan klinik keliling di berbagai titik pengungsian, karena sebagian besar rumah sakit dan pusat layanan primer telah hancur total.

Secara umum, kami membutuhkan lebih dari 300 ribu tenda dan kafilah, tidak hanya untuk tempat tinggal, tetapi juga untuk klinik dan sekolah darurat agar ratusan ribu siswa tidak kehilangan hak belajar mereka yang terhenti selama perang.

  • Berapa perkiraan waktu dan biaya untuk memulihkan Gaza?

Sayangnya, akan memakan waktu bertahun-tahun, bahkan hanya untuk membersihkan reruntuhan sebelum proses pembangunan bisa dimulai.

Proses rekonstruksi juga harus berjalan seiring dengan pemulihan ekonomi dan sosial warga.

Kami memperkirakan total biaya rekonstruksi mencapai 70 hingga 90 miliar dolar AS.

Namun, ini bukan sekadar “rekonstruksi”, melainkan pembangunan ulang dari nol—karena perang telah menghapus seluruh sendi kehidupan di Gaza.

Kami membutuhkan komitmen global yang nyata, bukan hanya janji, untuk mengembalikan kehidupan bagi dua juta lebih manusia yang kini berjuang di tengah puing-puing.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler