Hamas menolak keras tuduhan yang dilontarkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS0)mengenai adanya “serangan yang akan segera terjadi” yang disebut-sebut akan dilakukan Hamas “terhadap warga Gaza sendiri”.
Dalam pernyataan resminya, Minggu (19/10), Hamas menyebut tuduhan itu “tidak berdasar dan sepenuhnya sejalan dengan propaganda menyesatkan yang disebarkan oleh Israel.”
“Pernyataan pemerintah Amerika ini memberikan Israel payung politik untuk melanjutkan agresinya terhadap rakyat Palestina,” lanjut Hamas.
Gerakan tersebut juga menegaskan bahwa tuduhan tentang adanya “serangan yang akan segera terjadi” maupun “pelanggaran terhadap gencatan senjata” adalah tidak benar sama sekali.
Menurut Hamas, fakta di lapangan justru menunjukkan kebalikan dari apa yang dinyatakan Washington.
Sehari sebelumnya, pada Sabtu malam waktu setempat, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya menerima “laporan kredibel” mengenai rencana Hamas untuk melanggar perjanjian gencatan senjata “dengan melakukan serangan terhadap warga Gaza”.
“Apabila Hamas benar-benar melancarkan serangan itu. kami akan mengambil langkah untuk melindungi warga Gaza dan menjaga kelangsungan gencatan senjata,” demikian isi pernyataan tersebut.
Namun, pemerintah Amerika tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai laporan yang disebut sebagai dasar tuduhan itu.
“Israel yang membentuk dan mendanai kelompok bersenjata”
Menanggapi hal tersebut, Hamas balik menuding bahwa pihak Israel-lah yang membentuk, mempersenjatai, dan mendanai kelompok-kelompok kriminal bersenjata yang belakangan terlibat dalam berbagai aksi kekerasan di Jalur Gaza.
Menurut Hamas, kelompok-kelompok itu bertanggung jawab atas sejumlah tindak kejahatan.
Termasuk pembunuhan, penculikan, penjarahan bantuan kemanusiaan, dan penyerangan terhadap warga sipil Palestina.
“Semua ini terdokumentasi melalui pengakuan terbuka dan rekaman video yang telah ditayangkan oleh media Israel sendiri,” kata Hamas dalam pernyataannya.
Gerakan itu juga menegaskan bahwa aparat keamanan di Gaza, dengan dukungan luas dari masyarakat, sedang menjalankan operasi hukum untuk mengejar dan menindak para pelaku kejahatan tersebut.
Tujuannya, guna melindungi warga serta menjaga keamanan dan ketertiban umum di wilayah itu.
Hamas mendesak pemerintah AS untuk menghentikan pengulangan narasi menyesatkan Israel.
Sebagai gantinya AS menekan Israel agar menghentikan pelanggaran berulang terhadap perjanjian gencatan senjata.
Menurut Hamas, salah satu bentuk pelanggaran paling mencolok adalah dukungan Israel terhadap kelompok-kelompok bersenjata yang kini diberi perlindungan di area di bawah kendalinya.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa ia akan mempertimbangkan mengizinkan Israel melanjutkan operasi militer di Gaza.
Hal itu apabila Hamas dinilai tidak mematuhi kewajibannya dalam kesepakatan gencatan senjata yang disepakati melalui mediasi internasional.
Pernyataan saling tuding antara Hamas, Israel, dan AS ini datang di tengah situasi yang masih rapuh di Gaza.
Setelah dua tahun perang yang menewaskan ratusan ribu warga dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil, proses rekonstruksi dan penegakan gencatan senjata masih berlangsung di bawah pengawasan internasional.
Tuduhan Washington menambah ketegangan baru dalam dinamika politik pascaperang.
Sementara Hamas menegaskan komitmennya terhadap gencatan senjata, tuduhan dari pihak luar dinilai berpotensi memberi pembenaran bagi Israel untuk kembali melakukan operasi militer di wilayah padat penduduk itu.