Dua warga Palestina tewas ditembak tentara Israel di Jalur Gaza selatan pada Selasa, dalam insiden terbaru yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap gencatan senjata rapuh yang sedang berlangsung.
Dalam pernyataannya, militer Israel mengatakan kedua korban ditembak mati karena diduga berusaha melewati “garis kuning,” yaitu garis demarkasi yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata untuk memisahkan area yang masih berada di bawah kontrol militer Israel dari area yang boleh dilalui warga Palestina.
Pasukan Israel disebut kerap menembaki warga Palestina yang mendekati garis tersebut, bahkan ketika mereka belum melewatinya, di area yang seharusnya diizinkan untuk pergerakan.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 266 warga Palestina tewas dan 635 orang terluka akibat tembakan Israel sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober.
Militer Israel melancarkan ofensif besar-besaran di Gaza pada Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 69.000 orang—sebagian besar perempuan dan anak-anak—serta melukai lebih dari 170.000 orang, dan menghancurkan sebagian besar wilayah kantong tersebut.
Tahap pertama kesepakatan gencatan senjata mencakup pembebasan sandera Israel dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina. Rencana itu juga memuat proses rekonstruksi Gaza serta pembentukan mekanisme pemerintahan baru tanpa Hamas.
