Pakar militer dan strategi, Kolonel Hatim Karim Al-Falahi, menilai bahwa serangkaian serangan yang dilakukan warga Palestina terhadap pasukan Israel di Tepi Barat merupakan “reaksi alamiah atas realitas yang menyakitkan”.
Hal itu juga sekaligus respons langsung terhadap penggunaan kekuatan yang disebutnya berlebihan oleh Israel.
Pernyataan itu disampaikan Al-Falahi ketika menanggapi perkembangan terakhir di Tepi Barat, di mana tiga prajurit Israel dilaporkan terluka dalam 2 insiden terpisah. Yaitu aksi penikaman di dekat Ramallah dan tabrak lari di utara Hebron.
Kedua pelaku tewas ditembak oleh pasukan Israel di lokasi kejadian.
Menurut Al-Falahi, Israel tidak memiliki kemampuan untuk sepenuhnya mengendalikan serangan-serangan semacam ini karena sebagian besar dilakukan secara individual, tanpa memerlukan sarana teknis yang kompleks.
Pola itu, katanya, membuat serangan sulit diprediksi dan menjadi celah yang melemahkan fondasi keamanan Israel.
Dalam analisisnya terkait lanskap militer di Tepi Barat, Al-Falahi menjelaskan bahwa operasi yang dilakukan Israel di wilayah tersebut merupakan bagian dari kebijakan yang berlangsung secara sistematis.
Langkah-langkah itu mencakup perluasan permukiman, penguasaan lahan, penangkapan, serta penghancuran infrastruktur.
Ia menambahkan bahwa operasi militer Israel di Tepi Barat sudah berlangsung lama, meski dalam periode terakhir bertumpu pada empat wilayah utama: Nablus, Betlehem, Ramallah, dan Hebron.
Lebih jauh, Al-Falahi menilai bahwa Israel memanfaatkan momentum saat ini untuk mempercepat penguasaan wilayah di Tepi Barat, termasuk pembangunan permukiman baru.
Kebijakan itu, menurutnya, merupakan bagian dari strategi “menelan” tanah Palestina melalui kontrol penuh atas area-area yang dianggap strategis.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Israel mengerahkan tekanan militer dan keamanan yang intensif terhadap komunitas Palestina dengan mengandalkan penyadapan, pengawasan, dan penelusuran berbasis informasi intelijen.
Penghancuran infrastruktur di wilayah-wilayah pendudukan, lanjutnya, dilakukan guna mendorong penduduk Palestina meninggalkan rumah mereka.
Sementara itu, militer Israel terus melancarkan operasi di berbagai daerah Tepi Barat.
Pada Selasa pagi, pasukan Israel dilaporkan menghancurkan 2 rumah milik keluarga 2 tahanan di Nablus, serta memaksa sejumlah keluarga meninggalkan tempat tinggal mereka.


