Oleh: Rifqi Rashidi
Baitul Maqdis bukan hanya tanah sejarah, tetapi juga tempat berlabuhnya keberanian, kesabaran, dan janji pertolongan dari Allah. Pada bait 10–11 Mandhumah At-Tuhfah Al-Maqdisiyyah, digambarkan betapa besar derajat mereka yang menjaga perbatasan Al-Quds dan wilayah Syam; mereka bukan sekadar penjaga bumi, tapi penjaga agama.
Keutamaan Sang Penjaga: Ribath di Tanah Penuh Berkah
Bait kesepuluh menyebutkan:
وللمرابِطِينَ فِي الأَكنافِ… فَضائلٌ جلَّت عنِ الأوصافِ
“Dan bagi mereka yang berjaga di sekitarnya… terdapat keutamaan yang terlalu agung untuk digambarkan.”
Dalam syariat, ribath berjaga di garis depan demi menjaga umat dari ancaman musuh adalah amal yang sangat tinggi nilainya. Apalagi jika itu dilakukan di sekitar Baitul Maqdis, tanah yang diberkahi sejak pertama kali dipijak oleh para nabi.
Imam An-Nawawi, dalam Syarh Shahih Muslim, menyebutkan bahwa ribath di wilayah perbatasan umat Islam mengandung pahala berlipat, karena di sana berkumpul keberanian, pengorbanan, dan penjagaan terhadap kehormatan kaum Muslimin.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa menegaskan lebih jauh:
“Tinggal di Baitul Maqdis termasuk ibadah paling utama, dan ribath di sana adalah ibadah yang sangat besar nilainya. Bumi Syam adalah negeri jihad, ribath, dan tempat berkumpulnya orang-orang beriman di akhir zaman.”
Mereka yang berjaga di sekitar Al-Quds tidak hanya melindungi tanah, tapi juga menjaga identitas umat.
Golongan Yang Ditolong: Janji Pertolongan yang Tak Pernah Pudar
Bait kesebelas melanjutkan:
ومنهمُ الطائفةُ المنصورة… أَتَتْ أحاديثٌ بذَا مشهورَة
“Dan di antara mereka ada kelompok yang mendapat pertolongan… hadis-hadis yang masyhur mengabarkan hal ini.”
Nabi ﷺ bersabda:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ…
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka siapa pun yang menelantarkan mereka, hingga datang keputusan Allah.” HR. Muslim no. 1920
Dalam riwayat lain, posisi mereka disebutkan lebih spesifik:
«وَهُمْ بِأَقْطَارِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ»
“Mereka berada di wilayah-wilayah sekitar Baitul Maqdis dan pinggir-pinggirnya.” HR. Thabrani dan Ahmad
Inilah ath-thaifah al-manshurah, golongan yang dijanjikan pertolongan Allah. Mereka yang teguh, tidak goyah oleh keadaan, tidak berubah oleh tekanan, dan tetap berada di atas kebenaran meski dunia bergerak ke segala arah.
Maka para penjaga Al-Quds baik mereka yang berjuang dengan senjata, ilmu, doa, ataupun keteguhan termasuk kelompok ini. Mereka adalah cahaya yang diteruskan dari generasi para nabi, diwariskan kepada siapa pun yang rela membela tanah suci.
Penutup: Keberanian yang Menjaga Cahaya
Keutamaan mereka yang berjaga di sekitar Al-Quds bukan hanya berupa pahala ribath, tetapi juga janji pertolongan yang tidak pernah terputus. Mereka bukan sekadar penjaga kota; mereka penjaga cahaya, penjaga kehormatan, penjaga amanah umat.
Jika Allah dan Rasul-Nya memuliakan mereka sebanyak itu,
apa posisi kita hari ini?
Akankah kita cukup menjadi penonton, atau turut menjadi bagian dari doa, dukungan, dan keberpihakan terhadap tanah suci ini?
Karena Al-Quds bukan hanya tempat di peta—ia adalah bagian dari iman.
Catatan: Artikel ini diadaptasi dari bait 10-11 Mandhumah At-Tuhfah Al-Maqdisiyyah karya Dr. Al-Bashir Issom Al-Marokishi, dengan penjelasan oleh Rifqi Rashidi, Lc., M.Ag.


