Pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) menolak desakan Israel untuk menarik pasukan dari pos perbatasan Lebanon-Israel. Dilaporkan kantor berita Anadolu pada Jumat (4/10), desakan itu datang seiring meningkatnya serangan Israel di kawasan itu.
Menurut The Irish Time yang dikutip Anadolu, Israel meminta pasukan UNIFIL asal Irlandia yang memiliki satu pos di perbatasan yang dikenal sebagai Garis Biru atau Pos 6-52.
Namun, UNIFIL menegaskan pasukan perdamaian akan tetap berada di tempatnya, meskipun ada peringatan dari Israel.
Irlandia, yang memiliki satu pos di perbatasan yang dikenal sebagai Garis Biru dan ditetapkan sebagai pos 6-52, merupakan salah satu dari beberapa negara yang mengirimkan pasukan untuk UNIFIL.
Pleton Irlandia yang ditempatkan di pos tersebut bertugas mengamati dan melaporkan setiap pelanggaran di sepanjang perbatasan.
Permintaan penarikan pasukan ini menimbulkan kekhawatiran, Israel mungkin sedang mempersiapkan invasi yang lebih luas ke selatan Lebanon, dengan kemungkinan memperluas operasi di seluruh perbatasan.
Hingga kini, pelanggaran yang terjadi masih terbatas, namun kekerasan yang semakin meningkat menimbulkan ketakutan akan konflik yang lebih luas.
UNIFIL telah menyampaikan kepada Israel bahwa pasukan perdamaian tidak akan ditarik, memperkuat komitmennya untuk menjaga stabilitas di kawasan yang rentan.
Perang di Gaza meluas ke Lebanon ketika Israel melancarkan serangan mematikan di seluruh negara itu akhir bulan lalu, yang telah menewaskan lebih dari 1.100 orang. Tel Aviv juga dilaporkan telah membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Ketakutan akan eskalasi yang berkelanjutan dapat menyebabkan perang besar-besaran di kawasan ini semakin meningkat.
Baca juga: Hizbullah: Lebih dari 20 tentara Israel tewas dan terluka di Selatan Lebanon
Baca juga: Dubes Hajriyanto: Indonesia harus berperan cegah perang di kawasan
