Rezim Zionis Israel akhirnya memutuskan untuk mengirimkan tambahan 7.000 surat panggilan wajib militer kepada anggota komunitas Haredi (ultra-Ortodoks) pekan depan setelah rencana perekrutan tentara Haredi pada tahap pertama tidak berhasil.
Pada fase pertama yang dilaksanakan selama musim panas, Tentara penjajah Israel (IDF) mengirimkan 3.000 surat panggilan, namun hanya 230 pria dewasa Haredi yang hadir di pusat-pusat perekrutan.
Situasi ini membuat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menambahkan jumlah pemeluk Yahudi Heredi yang akan dipanggil untuk ikut bertempur di Gaza dalam rapat pada Senin (3/11) seperti dilaporkan lansir Times of Israel.
Keputusan itu diambil Gallant usai bertemu dengan Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Herzi Halevi dan sejumlah pejabat militer lainnya — termasuk Wakil Kepala Staf Mayor Jenderal Amir Baram, Kepala Direktorat Personel Mayor Jenderal Yaniv Asor, dan Jaksa Militer Umum Mayor Jenderal Yifat Tomer-Yerushalmi.
Tentara kolonial Israel kini mengancam. Mereka menegaskan bahwa mereka akan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Sanksinya: mereka yang mengabaikan surat panggilan akan dilarang meninggalkan negara dan akan ditangkap oleh polisi militer serta dijebloskan ke penjara militer.
Rencana perekrutan Haredi
Keputusan memaksa Yahudi Haredi untuk ikut berperang tak lepas dari putusan putusan penting Mahkamah Agung pada Juni.
Mahkamah menyatakan bahwa tidak ada kerangka hukum yang membolehkan negara untuk tidak merekrut mahasiswa yeshiva Haredi ke dalam dinas militer.
Setelah keputusan itu, Jaksa Agung memerintahkan pemerintah untuk segera memulai proses perekrutan terhadap 3.000 pria Haredi.
IDF mengungkapkan bahwa mereka saat ini membutuhkan sekitar 10.000 tentara baru yang sebagian besar diperlukan sebagai pasukan tempur.
Namun militer Israel hanya dapat menerima tambahan 3.000 rekrutan Haredi pada tahun ini.
Kelompok ini akan bergabung dengan sekitar 1.800 tentara Haredi yang sudah direkrut setiap tahun.
IDF berencana membuka unit-unit baru untuk tentara Haredi, di samping unit-unit yang sudah ada, seperti Batalyon Netzah Yehuda di Brigade Kfir, Kompi Tomer di Batalyon Rotem Brigade Givati, Kompi Hetz di Batalyon 202 Brigade Parasut, serta unit pertahanan udara di Pangkalan Udara Nevatim, serta berbagai posisi non-tempur lainnya.
Pembentukan Brigade Haredi
Dalam pertemuan terpisah pada Senin, Letjen. Herzi Halevi juga menerima laporan mengenai perkembangan brigade Haredi yang sedang dibentuk, yang dikenal dengan nama Brigade Hasmonean.
Menurut IDF, hingga saat ini mereka telah menyelesaikan proses perekrutan staf untuk brigade pertama Haredi tersebut. Selain itu, mereka juga membangun infrastruktur untuk i kompi pertama brigade tersebut pada bulan depan.
Para pejabat senior, termasuk Kepala Angkatan Darat Mayor Jenderal Tamir Yadai, mempresentasikan status pekerjaan yang sedang berlangsung kepada Halevi, kata IDF.
Kontroversi perekrutan tentara Haredi
Perdebatan mengenai tugas militer bagi komunitas Haredi merupakan salah satu isu paling kontroversial bagi penjajah Zionis Israel.
Upaya Zionis Israel dan pengadilan selama beberapa dekade untuk menyelesaikan masalah ini tidak pernah mencapai penyelesaian yang stabil.
Kepemimpinan agama dan politik Haredi dengan tegas menentang segala upaya untuk mewajibkan pemuda Haredi mengikuti wajib militer.
Bahkan dalam demo pada Juni lalu di Yerusalem mereka mengatakan: “Kami lebih memilih mati sebagai Yahudi daripada hidup sebagai Zionis”
Demonstran juga menyebut bahwa: “Israel bukan Negara Yahudi, tetapi Negara Zionis; Yahudi bukan Zionis”.
Dan menegaskan: “Kami menolak melayani tentara demi kepentingan agama Zionis”.
Banyak orang Haredi yang berpendapat bahwa dinas militer tidak sejalan dengan cara hidup mereka, dan khawatir mereka yang bergabung dengan militer akan kehilangan identitas keagamaan dan menjadi sekuler.
Namun, mereka yang melayani di militer mengatakan bahwa kebijakan pengecualian massal selama bertahun-tahun telah memberikan beban yang tidak adil kepada mereka.
Pandangan ini semakin kuat mencuat setelah serangan pada 7 Oktober lalu dan perang yang mengikutinya, di mana lebih dari 780 tentara Israel tewas dan sekitar 300.000 warga negara dipanggil untuk dinas cadangan.
Tahun ini, sekitar 63.000 pria Haredi tercatat memenuhi syarat untuk melayani dalam dinas militer.
Penolakan Haredi
Pada Juni, Mahkamah Agung Israel mewajibkan Yahudi Haredi untuk masuk militer dan menghentikan bantuan keuangan kepada institusi keagamaan yang siswanya menolak wajib militer.
Akibatnya pada Juli lalu, puluhan yahudi ultra-Ortodoks menyerang dua jenderal Israel di Bnei Brak, sebelah timur Tel Aviv.
Mereka yang diserang adalah Mayor Jenderal David Zini, kepala Pelatihan Komando dan Staf Umum dan Brigadir Jenderal Shay Tayeb, Divisi Personalia Angkatan Darat.
Keduanya tengah berada di wilayah mayoritas Yahudi ultra ortodoks itu untuk pertemuan terkait pembentukan brigade Haredi dalam angkatan bersenjata Israel.
Selanjutnya pada bulan Agustus, puluhan Yahudi Haredi memprotes kebijakan wajib militer dan bentrok dengan polisi Israel di dekat kantor perekrutan militer di Yerusalem Barat.
Dalam rekaman video yang dipublikasikan oleh akun-akun media sosial Israel, pengunjuk rasa memblokir jalan di dekat pangkalan militer dan bentrok dengan petugas polisi yang mencoba membubarkan mereka.
Salah seorang pengunjuk rasa terlihat menyebut polisi sebagai “Nazi.”
Polisi Israel menyatakan protes tersebut “ilegal”. Mereka menggunakan kekuatan untuk memaksa para demonstran keluar dari jalan serta menjauh dari area kantor perekrutan.
Menurut laporan Anadolu, hanya puluhan Yahudi Haredi yang datang untuk wajib militer dari ribuan yang diminta untuk direkrut ke dinas militer.
Rabbi Dov Lando dari partai United Torah Judaism (UTJ) mengatakan sistem peradilan Israel telah menyatakan perang terhadap dunia Taurat dengan kebijakan wajib militer bagi Haredi.
Rabbi Ashkenazi dan Sephardi terkemuka itu meminta siswa yeshiva untuk tidak datang ke kantor wajib militer sama sekali.
Rabbi Sephardi senior juga mengatakan bahwa mendaftar wajib militer dilarang oleh Torah.
Para rabbi mengklaim bahwa undang-undang wajib militer saat ini yang berisi kuota wajib militer Haredi akan menyebabkan “kehancuran Torah,” dan mereka tidak bersedia berkompromi pada satu pemuda Haredi pun.
Yahudi Haredi menyumbang sekitar 13% dari populasi Israel yang berjumlah sekitar 9,9 juta jiwa dan tidak menjalani wajib militer, mengabdikan hidup mereka untuk mempelajari Torah.
Hukum Israel mewajibkan semua warga Israel yang berusia di atas 18 tahun untuk menjalani dinas militer, dan pengecualian untuk Yahudi Haredi telah menjadi isu kontroversial selama beberapa dekade.