Presiden Suriah, Ahmad Al-Sharaa mengungkapkan, penderitaan rakyat Gaza menjadi faktor paling sulit baginya saat memutuskan untuk meluncurkan operasi membebaskan Damaskus pada akhir November tahun lalu.
Pasalnya, Bashar Al-Assad beserta sekutunya, terutama Rusia, bisa saja melakukan hal sama di Idlib seperti yang dilakukan Israel di Gaza.
“Situasi di kawasan pada saat itu sangat sulit. Pemandangan dari Gaza terus terbayang di benak kami semua,” katanya dalam wawancara dengan channel Televisi Syria yang diunggah pada 4 Februari 2025.
Dalam wawancara eksklusif dengan TV Syria Channel di kanal YouTube, Al-Sharaa menjelaskan bagaimana kondisi regional dan situasi yang terjadi di Gaza saat itu sangat mempengaruhi keputusannya.
Ia menyebut bahwa banyak orang yang mengetahui persiapan pertempuran dan menasihatinya agar menjauh dari konflik tersebut.
“Agar kejadian di Gaza tidak terulang di Idlib. Mereka berhak untuk khawatir,” ujar Al-Sharaa.
Ia juga mengungkapkan bahwa meskipun ia memahami kekhawatiran banyak pihak, ia tidak bisa mengungkapkan seluruh rincian strategi dan rencana pertempuran kepada semua orang. Hal ini membuat keputusan semakin sulit untuk diambil.
“Keputusan ini bukanlah hal yang mudah, melainkan sangat sulit. Gambaran tentang pengusiran paksa dan kekejaman terus terbayang dalam pikiran saya,” tambahnya.
Dalam wawancara tersebut, Al-Sharaa menegaskan bahwa kondisi di lapangan saat itu menuntut adanya strategi yang matang untuk menghindari dampak kemanusiaan yang lebih besar. Meskipun menghadapi tekanan dan pertimbangan yang berat, ia tetap berpegang pada keyakinannya dalam mengambil keputusan strategis demi kepentingan negara dan rakyat Suriah.