Tuesday, May 20, 2025
HomeBeritaAnalis: Operasi "Kereta Gideon" tak akan capai target, pembunuhan tokoh tak akan...

Analis: Operasi “Kereta Gideon” tak akan capai target, pembunuhan tokoh tak akan lemahkan Hamas

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu kembali menegaskan dukungannya terhadap operasi militer “Kereta Gideon” yang dilancarkan di Jalur Gaza sejak Ahad (19/5).

Meski demikian, di dalam negeri, sejumlah analis dan kalangan militer di Tel Aviv mulai mempertanyakan efektivitas operasi darat tersebut, terutama terkait kemampuannya mencapai sasaran utama: menaklukkan Hamas dan membebaskan para sandera Israel.

Di tengah pro-kontra di internal Israel, kekhawatiran komunitas internasional terhadap krisis kemanusiaan di Gaza terus membesar.

Laporan terbaru menyebutkan situasi mendekati ambang kelaparan massal. Bahkan militer Israel sendiri telah mengakui risiko ini dan menyerukan percepatan masuknya bantuan kemanusiaan demi mencegah konsekuensi hukum internasional.

Tekanan internasional dan usulan gencatan senjata

Seiring memburuknya kondisi, tekanan internasional terhadap Israel juga meningkat.

Sejumlah negara mendesak Tel Aviv untuk menyetujui perjanjian tahap awal dengan Hamas. Kesepakatan itu diharapkan dapat membuka jalur bantuan dan mengurangi penderitaan penduduk Gaza.

Amerika Serikat (AS), melalui utusan Presiden Joe Biden, Steven Wietkoff, telah mengusulkan skema pertukaran sandera.

Usulan itu mencakup pembebasan sekitar setengah dari sandera Israel yang masih hidup dengan imbalan jeda sementara dalam pertempuran.

Usulan ini dimaksudkan sebagai langkah awal menuju perjanjian menyeluruh untuk menghentikan perang dan membebaskan seluruh sandera.

Namun, sejumlah analis Israel menilai bahwa memperluas operasi darat tidak akan membawa hasil seperti yang diharapkan.

Mereka juga mempertanyakan kebijakan pembunuhan tokoh-tokoh Hamas, yang menurut mereka justru bisa memecah Hamas menjadi sel-sel kecil yang lebih sulit dilacak dan ditaklukkan.

Tekanan dari Trump dan kontra narasi militer

Diperkirakan, tekanan global terhadap Israel akan semakin kuat dalam beberapa waktu ke depan.

Bahkan Presiden AS Donald Trump disebut-sebut berencana mendorong Israel menerima kesepakatan pertukaran, meskipun hanya bersifat parsial, sebagai jalan menuju negosiasi damai dan akhir konflik.

Namun, Kepala Staf Umum Militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menyampaikan pandangan berbeda.

Dalam pernyataan terbarunya, ia menekankan bahwa kemungkinan tercapainya kesepakatan pertukaran sandera tidak akan menghentikan operasi militer.

Ia menegaskan bahwa “Kereta Gideon” akan terus berlanjut sampai Hamas dilenyapkan dan kemampuan tempurnya dihancurkan, walau perang telah berlangsung lebih dari 18 bulan.

Dalam pandangan berbeda, Gershon Baskin — penulis dan mediator berkewarganegaraan ganda Israel-AS — memperingatkan bahwa tekanan militer justru membahayakan keselamatan para sandera.

Menurutnya, operasi militer Israel telah berkontribusi pada kematian sedikitnya 41 sandera yang sebelumnya dinyatakan masih hidup.

Bahaya langsung

Tekanan militer Israel di Jalur Gaza disebut justru memperbesar risiko terhadap keselamatan para sandera. Gershon Baskin, penulis dan mediator Israel-Amerika, menyatakan bahwa serangan udara Israel secara langsung mengancam nyawa para tawanan.

“Ancaman meningkat ketika pasukan Israel mendekat ke lokasi-lokasi penahanan,” ujarnya kepada Al Jazeera.

Baskin menilai bahwa penyelamatan sandera bukanlah prioritas utama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang lebih mengutamakan stabilitas koalisi pemerintahan.

Meski Netanyahu mengklaim masih ada 21 sandera hidup, Baskin mengingatkan bahwa jumlah mereka terus menurun akibat operasi militer.

Ia mengungkap bahwa sebuah proposal pertukaran sandera secara menyeluruh telah tersedia selama berbulan-bulan, dan hanya menunggu keputusan politik dari Netanyahu.

Lebih jauh, Baskin memperingatkan bahwa kelanjutan operasi militer berisiko menghilangkan seluruh pimpinan Hamas yang tersisa di Gaza, termasuk mereka yang masih memiliki kapasitas untuk menegosiasikan kesepakatan.

Jika itu terjadi, pintu dialog akan tertutup sama sekali.

“Mengakhiri perang, membebaskan sandera, dan menarik pasukan Israel ke batas internasional bisa dilakukan dalam waktu seminggu,” katanya.

Ia menambahkan bahwa kehancuran di Gaza harus dihentikan segera karena Israel akan menanggung akibatnya selama bertahun-tahun.

Amos Harel, analis militer dari Haaretz, menilai bahwa Netanyahu kini tengah membangun narasi “kemenangan semu” untuk mempersiapkan publik menerima kesepakatan parsial, sekaligus mempertahankan soliditas koalisi, khususnya dengan partai sayap kanan “Kekuasaan Yahudi” dan “Zionisme Religius”.

Menurut Harel, usulan dari utusan AS Steve Whitkoff dapat memberi ruang politik bagi Netanyahu untuk melewati sidang musim panas Knesset yang berakhir 27 Juli mendatang tanpa krisis besar.

Ini bisa memperpanjang umur pemerintahannya hingga sidang musim dingin di akhir Oktober, bahkan menunda pemilu hingga musim semi 2026.

“Itulah tujuan utama Netanyahu saat ini, sementara prioritas lainnya tersisih,” tulis Harel.

Kerugian dan biaya

Terkait operasi militer, Harel menilai bahwa pembunuhan terhadap pemimpin Hamas Yahya Sinwar tidak mengubah posisi gerakan itu ataupun syarat-syarat yang diajukannya.

Bahkan jika kabar kematian saudaranya, Muhammad Sinwar, terbukti benar, dampaknya dinilai sangat kecil terhadap dinamika konflik maupun proses negosiasi.

Harel menekankan bahwa meski simbolis, pembunuhan tokoh-tokoh Hamas tidak akan menciptakan titik balik strategis.

Sebaliknya, ia memperingatkan bahwa perpanjangan konflik hanya akan menambah korban, terutama di kalangan sandera dan tentara Israel sendiri—pihak yang justru akan menanggung beban terberat jika kesepakatan damai gagal terwujud.

Senada, Nurit Yohanan, koresponden urusan Arab di situs Zman Yisrael, juga meragukan dampak signifikan dari kematian Muhammad Sinwar.

Dalam analisanya, ia menyatakan bahwa Sinwar bukanlah pengambil keputusan dalam Hamas dan tidak memiliki pengaruh strategis sekuat saudaranya, Yahya. Tidak ada bukti bahwa ia berperan penting dalam pembuatan kebijakan.

Yohanan menilai bahwa pemberitaan berlebih soal kematian Muhammad Sinwar lebih bersifat propaganda ketimbang pencapaian militer substansial.

Menurutnya, kekuatan Hamas dalam negosiasi terutama terletak pada kendali langsung sayap militernya, Brigade Izzuddin al-Qassam, atas para sandera.

Namun, keputusan strategis tetap dipegang oleh dewan pimpinan Hamas yang terdiri dari 5 tokoh utama di sayap politik. Mereka tidak terlibat langsung dalam pertempuran di lapangan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular