Tuesday, May 6, 2025
HomeBeritaANALISIS - Apakah pengembangan pelabuhan Latakia akan mengubah wajah ekonomi Suriah?

ANALISIS – Apakah pengembangan pelabuhan Latakia akan mengubah wajah ekonomi Suriah?

Pemerintah Suriah menandatangani kesepakatan strategis dengan perusahaan pengelola pelabuhan asal Prancis, CMA CGM, untuk mengembangkan dan mengoperasikan Pelabuhan Latakia selama 30 tahun ke depan.

Langkah ini dinilai sebagai investasi nyata pertama berskala besar dalam beberapa dekade terakhir, dan digadang-gadang dapat menjadi titik balik bagi perekonomian negara yang porak-poranda akibat perang.

Dalam keterangan resmi, Otoritas Umum Pelabuhan Darat dan Laut Suriah menjelaskan bahwa perjanjian tersebut merupakan bagian dari rencana nasional untuk meningkatkan efisiensi pelabuhan serta memperbaiki infrastruktur maritim.

CMA CGM, yang merupakan salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia, akan menggelontorkan investasi awal senilai 30 juta euro (sekitar 33,9 juta dollar AS) pada tahun pertama proyek.

Dana ini akan digunakan untuk memperbaiki infrastruktur dasar dan peralatan pelabuhan, memperbaharui dermaga, serta mengintegrasikan sistem operasi canggih seperti yang digunakan di pelabuhan internasional lainnya.

Tak berhenti di situ, selama 3 tahun berikutnya, perusahaan asal Prancis itu berkomitmen menambah investasi hingga mencapai total 200 juta euro (sekitar 226 juta dollar AS).

Dana tambahan tersebut ditujukan untuk ekspansi dan peningkatan kapasitas pelabuhan secara menyeluruh.

Dalam perjanjian tersebut, CMA CGM akan bertanggung jawab atas pengelolaan terminal kontainer, sementara pemerintah Suriah tetap memegang kontrol pengawasan dan evaluasi.

Seluruh proses berlangsung dalam kerangka hukum Suriah yang berlaku, dengan tetap menjaga kedaulatan nasional secara penuh.

Bila terjadi sengketa, penyelesaiannya akan ditempuh melalui arbitrase di Kamar Dagang Internasional London, langkah yang dinilai dapat meningkatkan kepercayaan internasional terhadap stabilitas hukum investasi di Suriah.

Keuntungan ekonomi bertahap

Model kerja sama ini dirancang dengan mekanisme pembagian keuntungan yang bersifat progresif.

Semakin besar volume penanganan kontainer, semakin tinggi pula porsi pendapatan yang diperoleh negara.

Porsi Suriah akan dimulai dari angka tertentu, lalu meningkat hingga mencapai 70 persen, sementara pihak operator memperoleh 30 persen.

Seluruh biaya operasional akan menjadi tanggung jawab perusahaan Prancis, yang berarti negara tak menanggung beban tambahan.

Menurut Mazen Alloush, Kepala Hubungan Luar Negeri Otoritas Maritim Suriah, proyek ini diharapkan menjadi pendorong utama revitalisasi Pelabuhan Latakia.

“Kesepakatan ini akan membawa investasi besar di fase awal dan memperbaiki secara nyata infrastruktur serta efisiensi operasional pelabuhan. Hal ini berpotensi memperkuat daya saing Suriah dalam sektor transportasi laut,” ujar Alloush kepada Al Jazeera.

Alloush menegaskan bahwa seluruh proses akan dilakukan di bawah supervisi negara dan berdasarkan hukum nasional, tanpa memberikan keistimewaan eksklusif kepada CMA CGM.

Ia juga menyatakan bahwa proyek ini akan memanfaatkan tenaga kerja lokal dengan pelatihan sesuai standar internasional.

Pemerintah Suriah juga tengah mempertimbangkan proyek serupa untuk Pelabuhan Tartus dan sejumlah pelabuhan darat strategis lainnya.

Menurut Alloush, perusahaan internasional lain sebelumnya telah mengajukan proposal untuk mengelola terminal kontainer Latakia, namun penawaran CMA CGM dinilai paling unggul dalam hal efisiensi teknis dan finansial.

Laporan Kantor Berita Suriah (SANA) menyebutkan bahwa seluruh proses evaluasi proposal dilakukan secara transparan oleh tim ahli dari otoritas pelabuhan dan lembaga kepresidenan Suriah, guna memastikan akuntabilitas tinggi dalam pelaksanaan proyek.

Simbol investasi dan harapan baru

Bagi pengamat ekonomi, kesepakatan ini tidak hanya penting dari sisi ekonomi, tetapi juga memiliki nilai simbolik.

“Ini adalah investasi asing nyata pertama dalam beberapa dekade di Suriah, dan bisa menjadi pemicu kebangkitan ekonomi,” kata Osama Al-Qadi, kepala Pusat Konsultasi Qadi yang berbasis di Kanada dan Suriah.

Al-Qadi menilai proyek ini menunjukkan minat baru dari komunitas internasional terhadap posisi strategis Suriah di wilayah Mediterania Timur.

Kapasitas pelabuhan diproyeksikan meningkat dari 500 ribu menjadi 2,5 hingga 3 juta kontainer per tahun, angka yang menempatkan Latakia di peta pelabuhan utama kawasan.

Namun, Al-Qadi juga mengingatkan bahwa pelabuhan ini mengalami kerusakan serius akibat konflik berkepanjangan dan serangan udara, termasuk yang dilakukan oleh Israel.

Dermaga baru dengan kedalaman 15–17 meter diperlukan agar pelabuhan mampu menerima kapal-kapal besar.

Menariknya, CMA CGM sendiri memiliki keterkaitan historis dengan Suriah. Pemilik perusahaan saat ini, Rodolphe Saadé, adalah cucu dari seorang pengusaha asal Latakia yang hijrah ke Lebanon lalu ke Prancis.

Ayahnya, Jacques Saadé, adalah pendiri CMA CGM yang menjadikan perusahaan itu sebagai salah satu kekuatan besar dalam industri pelayaran dunia.

Di sisi lain, sejumlah suara menyerukan agar proses kesepakatan ini dipublikasikan secara terbuka di media resmi pemerintah.

Peneliti politik Abdullah Al-Kheir menilai pentingnya masyarakat mengetahui detail perjanjian ini demi menciptakan iklim transparansi. Apalagi CMA CGM adalah perusahaan swasta yang tidak mewakili pemerintah Prancis secara langsung.

“Memang benar bahwa perusahaan ini berasal dari keluarga Suriah, tapi tetap penting untuk membuka pintu kompetisi dengan perusahaan asing lain melalui lelang terbuka. Rakyat sudah lelah dengan kesepakatan yang dibuat secara sepihak oleh rezim Assad yang mengorbankan kekayaan nasional,” kata Al-Kheir.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular