Thursday, June 19, 2025
HomeBeritaANALISIS - Bagaimana Turki antisipasi ancaman Israel usai serangan terhadap Iran

ANALISIS – Bagaimana Turki antisipasi ancaman Israel usai serangan terhadap Iran

Di tengah eskalasi konflik antara Israel dan Iran, Ankara menunjukkan geliat diplomatik dan penguatan koordinasi keamanan secara intensif.

Dari Istana Kepresidenan hingga jajaran lembaga intelijen dan militer, Turki bergerak cepat menyikapi dinamika yang berpotensi mengguncang stabilitas kawasan.

Presiden Recep Tayyip Erdoğan secara terbuka mengecam serangan Israel terhadap Iran. Dalam pernyataan tertulisnya, Erdoğan menyebut Israel sebagai “kelompok perampok” yang mengancam stabilitas regional dan global.

Ia memperingatkan bahwa perilaku “sembrono dan agresif” pemerintah Israel, yang dinilai tak menghormati hukum internasional, tengah menyeret kawasan—bahkan dunia—menuju bencana besar.

“Pemerintah Israel tengah menyalakan api konflik di kawasan kita melalui serangan yang dipimpin oleh jaringan pembunuhan di bawah komando Perdana Menteri Benjamin Netanyahu—yang saat ini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional atas dugaan kejahatan perang di Gaza,” kata Erdoğan.

Koordinasi keamanan darurat

Media-media Turki melaporkan bahwa Erdoğan segera menggelar rapat keamanan darurat di istana presiden di Ankara.

Pertemuan itu melibatkan Menteri Luar Negeri Hakan Fidan, Menteri Pertahanan Yaşar Güler, Kepala Badan Intelijen Nasional İbrahim Kalın, dan Kepala Staf Umum Jenderal Metin Gürak.

Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Ömer Çelik, yang turut hadir dalam rapat tersebut, menegaskan bahwa sejak serangan pertama Israel, pemerintah Turki telah mengecam dengan keras aksi tersebut.

Ia menambahkan bahwa sikap Ankara terhadap Israel tidak berubah sejak awal agresi ke Gaza.

“Kami sudah lama memperingatkan bahaya meluasnya kebijakan pendudukan Israel yang destruktif di kawasan. Hal itu kini menjadi nyata: Gaza, Suriah, Yaman, Lebanon, dan kini Iran, semuanya menjadi sasaran,” ujar Çelik kepada Al Jazeera.

Jalur diplomatik ditempuh

Langkah diplomatik juga ditempuh secara paralel. Erdoğan melakukan serangkaian pembicaraan penting, termasuk dengan Presiden Suriah Ahmad al-Sharaa, untuk menyerukan agar Suriah tidak terseret ke dalam konflik yang kian melebar.

Ia juga menyampaikan pentingnya langkah-langkah kolektif untuk menghentikan agresi Israel.

Selain itu, Erdoğan berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan menekankan bahwa “jalur diplomasi nuklir adalah satu-satunya solusi.”

Dalam pembicaraan tersebut, Erdoğan menegaskan kesiapan Turki untuk berperan aktif dalam meredakan ketegangan agar situasi tidak lepas kendali.

Ia juga menjalin komunikasi dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian serta sejumlah pemimpin negara kawasan.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Hakan Fidan dan Kepala Intelijen Kalın melakukan pembicaraan dengan mitra-mitra mereka di sejumlah negara.

Fokus diskusi mencakup bahaya perluasan konflik dan upaya konkret untuk mengendalikannya.

Keduanya menekankan bahwa situasi ini sangat serius dan membutuhkan penanganan segera.

Ancaman terhadap keamanan nasional

Di Turki sendiri, muncul kekhawatiran bahwa agresi Israel yang berlanjut sejak perang di Gaza hingga serangan ke Suriah, kini berpotensi menjadi ancaman langsung bagi keamanan nasional.

Lembaga-lembaga riset, akademisi, dan analis politik pun mulai membahas secara lebih mendalam karakter ancaman yang dihadapi Ankara.

Murad Yeşiltaş, Kepala Divisi Studi Keamanan di lembaga pemikir Seta, menyebut Israel sebagai “sumber ancaman langsung” bagi Turki.

Menurutnya, tindakan Israel yang menciptakan instabilitas di kawasan merugikan kepentingan dan keamanan nasional Turki, terutama lewat kekacauan yang ditimbulkan di Suriah dan negara-negara sekitar.

“Kita memang mencatat kemajuan dalam industri pertahanan, namun saat ini kita membutuhkan lompatan strategis dalam sistem pertahanan udara,” kata Yeşiltaş kepada Al Jazeera.

Menanggapi pertanyaan tentang bagaimana Turki menanggapi kemungkinan ancaman langsung, juru bicara AKP Ömer Çelik menegaskan bahwa respons keamanan telah disiapkan.

“Ketika Israel menyerang Suriah atau Iran, yang dekat dengan perbatasan kami, maka sangat wajar jika kami melakukan evaluasi militer dan keamanan menyeluruh,” ujarnya.

Çelik menambahkan bahwa lembaga-lembaga keamanannya telah menjalankan tugasnya.

“Api telah membakar seluruh kawasan, dan penyebab utamanya adalah Israel,” katanya.

Perubahan doktrin pertahanan

Serangan Israel terhadap Iran tak hanya memicu respons politik dan diplomatik, tetapi juga mendorong Turki untuk meninjau ulang strategi keamanannya secara menyeluruh.

Seorang pejabat tinggi di lembaga keamanan Turki, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa Ankara tengah mempertimbangkan perubahan mendalam dalam doktrin pertahanan dan keamanan nasionalnya.

“Serangan Israel ke Iran telah meningkatkan level ancaman secara signifikan. Kami kini serius meninjau ulang pendekatan strategis kami,” ujar sumber tersebut dalam pernyataan eksklusif kepada Al Jazeera.

Pejabat itu menambahkan bahwa keberhasilan Turki dalam industri pertahanan menjadi sorotan internasional, dan kini negara itu bertekad untuk semakin mandiri dalam menjaga keamanannya.

“Kami mengandalkan kemampuan kami sendiri, tanpa ketergantungan pada pihak luar. Dan setelah serangan Israel, menjadi semakin mendesak bagi kami untuk mempercepat pengembangan sistem pertahanan udara dan memperkuat kekuatan militer secara keseluruhan,” jelasnya.

Menurutnya, Israel kini bertindak “di luar logika dan tanpa kendali,” dan hal ini menuntut percepatan dalam penguatan struktur keamanan Turki di semua lini.

Pemerintah Turki, katanya, tidak lagi melihat ancaman regional secara terpisah, melainkan sebagai satu rangkaian krisis yang saling terkait dan perlu ditangani secara terpadu.

Di sisi lain, sejumlah sumber yang berbicara kepada Al Jazeera menyebut bahwa menjelang serangan Israel, Iran mulai menunjukkan sinyal untuk memperbaiki hubungan dengan Ankara.

Proses pendekatan itu berlangsung melalui berbagai saluran, termasuk diplomasi tidak langsung.

Pejabat keamanan yang mengikuti secara dekat dinamika tersebut mengatakan bahwa Turki telah menyampaikan dengan jelas kepada seluruh negara tetangga tentang krisis yang tengah berkembang di kawasan.

“Iran tahu bahwa dirinya menjadi target, dan karena itu mereka menyadari pentingnya memperbaiki hubungan dengan kami,” ujar sumber tersebut.

Ia menambahkan bahwa inisiatif awal datang dari pihak Iran.

“Mereka menghubungi kami, dan kami menyampaikan secara tegas bahwa syarat utama dari pihak Turki adalah pemutusan hubungan mereka dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang selama ini menjadi ancaman langsung terhadap keamanan nasional kami,” tuturnya.

Ia pun berharap bahwa dinamika terbaru ini dapat menjadi pintu menuju hubungan yang lebih erat antara Ankara dan Teheran, dengan catatan ada komitmen nyata dari kedua belah pihak untuk menjaga stabilitas kawasan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular