Ketegangan internal mewarnai parlemen Israel setelah anggota Partai Likud, Amit Halevi, bersitegang dengan Menteri Pertahanan Yisrael Katz terkait efektivitas kampanye militer di Jalur Gaza.
Insiden tersebut terjadi dalam pertemuan tertutup di Knesset, dan dilaporkan oleh harian Yedioth Ahronoth.
Dalam pertemuan itu, Halevi secara terang-terangan menyatakan bahwa operasi militer “Kereta Gideon” yang sedang berlangsung, termasuk serangan dan penetrasi darat besar-besaran ke Gaza, tidak akan mampu menundukkan atau menghancurkan Hamas.
“Sudah 20 bulan kita berperang dengan rencana-rencana yang gagal, dan hasilnya tetap tidak bisa menghancurkan Hamas,” kata Halevi.
Ia menambahkan bahwa mereka pernah mampu menaklukkan musuh-musuhnya dalam perang-perang sebelumnya.
“Tapi sekarang kita tidak sanggup menaklukkan Hamas,” imbuhnya.
Halevi juga menuding pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menipu publik dengan mengklaim pencapaian yang tidak nyata di Gaza.
Menteri Pertahanan Yisrael Katz membalas keras kritik tersebut. Ia menyamakan Halevi dengan tokoh oposisi dari sayap kiri, Yair Golan, yang pernah mengkritik keras militer Israel dan bahkan menuduh pasukan IDF membunuh anak-anak Gaza secara sengaja.
“Kini Halevi dari Likud malah memfitnah para komandan militer kita dan menuding mereka meninggalkan para prajurit di medan tempur,” ujar Katz.
Katz menjelaskan bahwa strategi militer saat ini jelas. Mengevakuasi warga sipil, menghancurkan area sasaran, membersihkannya dari kelompok bersenjata, lalu menduduki wilayah itu untuk menekan Hamas.
“Itu yang terjadi di Rafah, dan akan kami lakukan di tempat lain,” katanya.
Imbas dari pernyataan kontroversial tersebut, Partai Likud kemudian memutuskan mencopot Amit Halevi dari keanggotaan Komite Luar Negeri dan Keamanan di Knesset.
Hal itu dilakukan setelah ia bergabung dengan barisan oposisi dalam pemungutan suara menolak perpanjangan mobilisasi pasukan cadangan.
Ketegangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah tentara Israel meluncurkan operasi darat besar-besaran di sejumlah wilayah Gaza, baik di utara maupun selatan, sebagai bagian dari strategi militer “Kereta Gideon”.
Operasi tersebut mencakup evakuasi total warga Palestina dari wilayah-wilayah pertempuran dan pendudukan militer secara permanen.
Menurut data militer Israel, lima divisi—yakni Divisi 98, 252, 143, 36, dan 162—turut serta dalam operasi di Gaza, bersama dua brigade elite Nahal dan Golani.
Sementara itu, Perdana Menteri Netanyahu menegaskan bahwa perang di Gaza akan terus berlanjut, meski ia mengakui bahwa tekanan internasional memaksanya menyetujui masuknya bantuan kemanusiaan. Hal ini disampaikan dalam video yang diunggah melalui kanal Telegram pribadinya.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel—dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat—dituduh melakukan kejahatan genosida di Gaza. Serangan-serangan itu telah menyebabkan lebih dari 175.000 warga Palestina gugur atau terluka, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Selain itu, lebih dari 11.000 orang masih hilang, sementara ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka.