Washington mengakui telah mendesak negara-negara untuk menerima pengungsi Gaza secara “sukarela”, kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada Selasa (21/5), lansir Middle East Monitor.
Rubio mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat telah menghubungi beberapa negara untuk mendorong mereka menerima warga Palestina yang, menurutnya, “sukarela” meninggalkan Gaza untuk menghindari perang yang dilancarkan Israel.
Pernyataan ini muncul ketika Israel memperburuk kampanye militernya di Gaza, memerintahkan evakuasi lebih lanjut, dan memperluas operasi yang bertujuan untuk menghancurkan dan menguasai seluruh wilayah Gaza, sebagai bagian dari strategi lebih luas untuk memindahkan penduduknya.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengusulkan pemindahan dua juta penduduk Gaza sebagai bagian dari rencana rekonstruksi pascaperang. Meskipun Trump membantah adanya pengusiran paksa, ia mengajukan ide-ide yang kabur, termasuk kontrol AS atas Gaza dan menjadikannya sebagai “Riviera Timur Tengah”.
Dalam sidang Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Rubio ditanya apakah AS terlibat dalam deportasi paksa.
Ia menjawab, “Tidak ada deportasi,” dan menambahkan, “Yang kami bicarakan dengan beberapa negara adalah, jika seseorang dengan sukarela mengatakan, saya ingin pergi ke tempat lain untuk sementara waktu karena saya sakit, karena anak-anak saya perlu sekolah, atau alasan lainnya, apakah ada negara di kawasan ini yang bersedia menerima mereka untuk sementara waktu?”
Rubio melanjutkan, “Itu akan menjadi keputusan sukarela dari individu-individu tersebut.”
Namun, Senator Demokrat Jeff Merkley mempertanyakan gagasan ini, bertanya, “Jika tidak ada air bersih, tidak ada makanan, dan serangan bom terjadi di sekitar Anda, apakah itu benar-benar keputusan sukarela?”
Rubio tidak menyebutkan negara-negara yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, tetapi ia mengecualikan Libya.
Pernyataan ini mengikuti laporan dari NBC News yang mengutip sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengklaim bahwa pemerintahan Trump sedang menyusun rencana untuk memindahkan secara permanen sekitar satu juta warga Palestina dari Gaza ke Libya.
Sementara itu, Israel melanjutkan operasi militernya yang dikenal dengan nama “Operasi Kereta Perang Gideon”, yang telah memperluas cakupan kampanye mereka di Gaza. Tujuannya tampaknya untuk mempercepat pemindahan warga Palestina dari Gaza dengan koordinasi bersama pemerintahan AS.
Namun demikian, Israel Hayom melaporkan, mengutip sumber yang mengetahui, bahwa Washington tidak memberikan perhatian yang cukup untuk mempercepat rencana tersebut.