Tuesday, September 23, 2025
HomeBeritaBagaimana Washington akan menyikapi gelombang pengakuan Palestina?

Bagaimana Washington akan menyikapi gelombang pengakuan Palestina?

Gelombang pengakuan internasional terhadap negara Palestina semakin meluas. Hingga kini, 150 negara anggota PBB telah menyatakan pengakuan tersebut.

Namun, sejumlah pengamat menilai momentum diplomatik itu belum akan memberi dampak langsung bagi rakyat Palestina jika tidak dibarengi dengan tekanan politik nyata.

Rerutama mengingat lemahnya posisi PBB berhadapan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, Israel.

David Colum Lynch, kepala koresponden internasional, mengakui bahwa pengakuan yang datang dari sekutu dekat AS—seperti Inggris dan Kanada—menjadi sinyal yang cukup mengkhawatirkan bagi Washington.

Amerika kini makin terlihat terisolasi bersama Israel di tengah menguatnya konsensus global soal solusi dua negara.

Meski demikian, Lynch memperingatkan, peningkatan tekanan internasional justru bisa mendorong Presiden Donald Trump mengambil langkah-langkah balasan terhadap PBB.

Antara lain pengurangan pendanaan Washington untuk lembaga dunia itu—kebijakan yang pernah ia lakukan terhadap organisasi internasional lain.

Dalam diskusi “Jendela Khusus dari Washington” yang digelar bertepatan dengan konferensi internasional mengenai implementasi solusi 2 negara di bawah kepemimpinan Arab Saudi dan Prancis, Lynch menegaskan bahwa pengakuan dari berbagai negara tersebut sejauh ini masih bersifat politis.

Ia menilai, pengakuan itu belum mengkristal menjadi keputusan resmi yang bisa diadopsi Majelis Umum PBB.

Kekhawatiran pun muncul menjelang pidato Trump di hadapan Sidang Umum PBB pada Selasa waktu setempat.

Menurut Lynch, respons Trump terhadap arus pengakuan internasional atas Palestina patut dicermati karena dapat menentukan arah kebijakan Washington berikutnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan seluruh negara di dunia untuk mengakui Palestina sebagai bagian dari penguatan solusi dua negara. Namun, pemerintahan Trump tampak tidak menggubris.

Lynch menyebut Trump maupun Menteri Luar Negeri Mark Rubio sengaja menghindari pertemuan dengan Guterres sejak awal masa jabatan, sembari menunggu berakhirnya masa kepemimpinan sang Sekjen tahun depan.

Washington disebut tengah menyiapkan kandidat yang lebih sejalan dengan visi pemerintahan Trump untuk menduduki posisi tertinggi di PBB.

Beberapa hari sebelumnya, Trump secara terbuka menolak arus pengakuan internasional terhadap Palestina.

Ia menyebut langkah itu sebagai “hadiah bagi teroris” yang hanya akan semakin memperumit persoalan di Timur Tengah.

Dari pihak Palestina, Direktur Palestinian Media Foundation, Ibrahim al-Madhoun, menyambut positif dukungan global namun menilai pengakuan semata tidak cukup.

Menurutnya, pengakuan internasional tidak akan menghentikan “genosida di Gaza”, “upaya Yahudisasi Yerusalem”, maupun “ekspansi permukiman” jika tidak dibarengi dengan langkah konkret serta tekanan politik efektif terhadap Israel.

Al-Madhoun mendorong agar faksi-faksi Palestina segera menyatukan barisan dan menyusun peta jalan bersama, sekaligus menyerukan peran lebih tegas dari negara-negara Arab dalam menghadapi kebijakan Israel.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular