Kapal Hanzala yang tengah berlayar menuju Jalur Gaza untuk menembus blokade Israel, tiba di Pelabuhan Gallipoli, Italia Selatan.
Kapal ini membawa sekitar 20 aktivis internasional yang berkomitmen mendukung Palestina dan menolak genosida yang terus berlangsung di wilayah tersebut.
Dalam tiga hari ke depan, Hanzala dijadwalkan kembali melanjutkan pelayaran selama sepekan menuju perairan Gaza.
Di antara penumpangnya, terdapat dua anggota parlemen Prancis, Gabrielle Catala dan Emma Fourreau, dari partai kiri La France Insoumise (Prancis yang Tak Tunduk).
Kapal Hanzala mulai berlayar pada 13 Juli dari Pelabuhan Syracuse di Sisilia, Italia.
Keberangkatannya disambut ratusan orang yang memadati pelabuhan, membawa bendera Palestina dan mengenakan kufiyah—simbol solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Mereka mengangkat poster dan meneriakkan seruan kebebasan bagi Gaza yang telah diblokade selama hampir dua dekade.
Pelayaran ini menjadi kelanjutan dari upaya internasional untuk menembus blokade yang dinilai melanggar hukum internasional dan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.
Sebelumnya, pada 9 Juni lalu, kapal Madeleine yang termasuk dalam Freedom Flotilla disergap militer Israel di perairan internasional saat hendak membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Dua belas aktivis yang berada di kapal tersebut ditangkap dan dideportasi setelah dipaksa menandatangani surat pernyataan tidak akan kembali ke wilayah itu.
Komite Internasional untuk Mengakhiri Blokade Gaza menegaskan bahwa tindakan represif yang dilakukan Israel berupa pembajakan laut, penahanan aktivis, dan penyitaan kapal tidak akan menghentikan gelombang solidaritas global.
“Kami tidak gentar. Upaya akan terus berlanjut selama blokade masih berlangsung,” tegas pernyataan mereka.
Kapal Hanzala mengambil namanya dari tokoh kartun karya seniman karikatur Palestina, Naji al-Ali, yang pertama kali muncul tahun 1969.
Hanzala digambarkan sebagai anak laki-laki berusia 10 tahun yang membelakangi dunia, tangan terlipat di punggung, menolak ketidakadilan serta perjanjian politik yang tidak membawa keadilan bagi rakyat Palestina.
Kini, ia menjadi simbol abadi perlawanan dan keteguhan hati bangsa Palestina.