Thursday, October 9, 2025
HomeBeritaBen Gvir pimpin penyerbuan ke Al-Aqsha dan makam Ibrahim, penangkapan meluas di...

Ben Gvir pimpin penyerbuan ke Al-Aqsha dan makam Ibrahim, penangkapan meluas di Tepi Barat

Ketegangan di Tepi Barat kian meningkat. Sedikitnya tiga warga Palestina, termasuk seorang anak, terluka oleh tembakan pasukan Israel di wilayah pendudukan, di tengah gelombang penangkapan besar-besaran yang berpusat di kota Hebron.

Di saat yang sama, ratusan pemukim Yahudi, dipimpin langsung oleh Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsha di Yerusalem.

Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan seorang anak tertembak di Kamp Balata, Nablus, sementara seorang warga lainnya luka tembak di dekat pos pemeriksaan Tarkumiya, sebelah barat Hebron.

Sumber-sumber lokal juga menyebut seorang pemuda Palestina ditembak pada Rabu pagi di lingkungan Beidun, di sekitar Masjid Al-Aqsha. Rekaman video menunjukkan pemuda itu tergeletak di tanah, dijaga ketat oleh polisi bersenjata.

Penutupan makam Ibrahim

Gelombang penyerbuan juga terjadi di Hebron. Pasukan Israel dilaporkan menyerbu sejumlah kawasan, termasuk Desa Al-Kum di barat Dura dan lingkungan Wadi Al-Bir di kota Idhna, bagian barat Hebron.

Dini hari tadi, tentara juga memasuki Kamp Al-Aroub di utara kota itu dan menangkap sedikitnya 30 warga.

Sebagian besar merupakan mantan tahanan politik. Sebuah pusat pemuda di kamp bahkan diubah menjadi markas interogasi sementara.

Pada saat bersamaan, otoritas Israel menutup kompleks Makam Ibrahim—atau Masjid Ibrahimi—bagi warga Muslim selama dua hari berturut-turut dengan alasan perayaan “Hari Pondok Daun” (Sukkot).

Sementara itu, ratusan pemukim diizinkan masuk dan melakukan ritual keagamaan di dalam area suci tersebut.

Sumber Al Jazeera menyebut bahwa Menteri Itamar Ben Gvir turut serta dalam penyerbuan itu, memimpin kelompok pemukim yang menari dan bernyanyi di dalam kompleks dengan pengawalan ketat polisi Israel.

Aparat memperketat pengamanan di seluruh pintu masuk dan memasang penghalang logam untuk membatasi akses warga Palestina menuju makam.

Serbuan ke Masjid Al-Aqsha

Tidak berhenti di Hebron, Ben Gvir juga memimpin penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa pada hari yang sama, di bawah perlindungan polisi Israel.

Menurut Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, sebanyak 1.300 pemukim Israel memasuki kompleks suci itu pada Rabu, bertepatan dengan perayaan Sukkot yang dimulai Selasa dan berlangsung selama sepekan.

Ben Gvir, dalam pernyataan yang disiarkan lembaga penyiaran publik Israel, mengatakan kunjungannya dilakukan “untuk berdoa bagi kemenangan perang, penghancuran Hamas, dan kembalinya para sandera.”

Sejak menjabat pada akhir 2022, Ben Gvir tercatat telah menyerbu Al-Aqsha sebanyak 12 kali—sembilan di antaranya dilakukan setelah serangan besar-besaran Israel ke Gaza pada Oktober 2023.

Rekaman video memperlihatkan Ben Gvir menari bersama kelompok ekstremis Yahudi di area Tembok Ratapan—yang menempel langsung dengan Masjid Al-Aqsha—sementara pasukan keamanan Israel berjaga ketat di sekeliling.

Gelombang penyerbuan di Tepi Barat

Sementara itu, media Palestina melaporkan bahwa pasukan Israel juga menyerbu Kamp Shuafat di utara Yerusalem, serta sejumlah wilayah lain seperti Desa Na’lin di barat Ramallah, dan dua kota kecil di timur Ramallah—Silwad dan Deir Dibwan.

Di Jericho, tentara Israel menutup akses menuju Kamp Aqabat Jabr dan menempatkan barikade tanah di jalan-jalan utama untuk mempermudah masuknya pemukim ke kawasan arkeologis di kota itu.

Sumber Al Jazeera menambahkan, pasukan Israel juga melakukan penggerebekan di Kamp Balata, Nablus, dan mengirim bala bantuan militer ke wilayah itu.

Sejak dini hari, tentara telah mendirikan tenda-tenda di daerah Al-Mas’oudiya, barat laut Nablus, yang diduga sebagai persiapan bagi kelompok pemukim untuk melakukan penyerbuan serupa.

Di Tulkarm, dua pemuda ditangkap setelah rumah mereka digeledah di kawasan selatan kota.

Kekerasan terus mengiringi genosida di Gaza

Gelombang penyerbuan dan penangkapan di Tepi Barat berlangsung seiring dengan agresi militer Israel di Jalur Gaza, yang telah memasuki tahun kedua sejak dimulai pada 7 Oktober 2023.

Menurut data terbaru otoritas Palestina, jumlah korban tewas telah mencapai 67.173 orang, sementara 169.780 lainnya luka-luka—sebagian besar di antaranya anak-anak dan perempuan.

Krisis kemanusiaan yang ditimbulkan perang itu juga menyebabkan kelaparan ekstrem yang menewaskan sedikitnya 460 warga, termasuk 154 anak-anak.

Perkembangan ini menegaskan pola yang berulang: kekerasan di Tepi Barat meningkat setiap kali tekanan internasional terhadap Israel menguat.

Sementara para pemukim terus memperluas cengkeraman mereka atas situs-situs suci di bawah perlindungan aparat.

Bagi warga Palestina, peristiwa ini bukan hanya soal tanah dan tempat ibadah, melainkan juga tentang perlawanan terhadap upaya sistematis menghapus identitas dan keberadaan mereka di tanah yang telah mereka diami selama berabad-abad.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler