Gelombang pengunduran diri pejabat keamanan Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober menunjukkan kegagalan entitas Zionis itu dalam hal kerja intelijen dalam memprediksi potensi bahaya.
Anadolu Agency merangkum tujuh pengunduran diri paling menonjol dari jajaran tentara Israel selama 11 bulan terakhir.
2 Februari 2024
Kepala Divisi Penelitian Direktorat Intelijen Militer, Brigadir Jenderal Amit Saar, mundur “karena alasan pribadi, yang tidak terkait dengan kegagalan unit dalam memperingatkan serangan 7 Oktober, tetapi karena sakit,” menurut media Israel.
22 April 2024
Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, Mayor Jenderal Aharon Haliva, mengundurkan diri karena gagal memprediksi serangan 7 Oktober oleh kelompok Palestina, Hamas.
6 Juni 2024
Komandan Divisi Gaza Tentara Israel, Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld, mengumumkan pengunduran dirinya karena gagal melindungi pangkalan militer dan pemukiman Israel selama serangan Hamas pada 7 Oktober.
11 Juli 2024
Kepala Badan Keamanan Shin Bet untuk Distrik Selatan mengundurkan diri, mengutip kegagalan departemennya dalam mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober.
29 Agustus 2024
Seorang perwira intelijen di Divisi Gaza memberi tahu para komandannya bahwa ia berniat mengundurkan diri karena kegagalan intelijen pada 7 Oktober.
1 September 2024
Komandan Unit 8200, Brigadir Jenderal Yossi Shariel, berniat mengumumkan pengunduran dirinya dalam beberapa minggu mendatang sebagai respons terhadap kritik yang ditujukan kepadanya terkait kegagalan intelijen pada 7 Oktober.
3 September 2024
Kepala Pasukan Darat Tentara Israel, Tamir Yadai, mengundurkan diri dengan alasan “pribadi” setelah tiga tahun menjabat. Menurut Radio Angkatan Darat Israel, ia diperkirakan akan mengajukan pencalonannya untuk “posisi signifikan” di dalam tentara.
Pada 6 Juni, Menteri Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, dan pengamat Kabinet Perang, Gadi Eisenkot, mengundurkan diri dari pemerintahan persatuan darurat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Gantz dan Eisenkot anggota partai Kesatuan Nasional. Mereka bergabung dengan pemerintahan Netanyahu setelah pecahnya perang Israel-Hamas, yang menyebabkan pembentukan pemerintahan darurat, dan membentuk Kabinet Perang.
Pengunduran diri ini terjadi saat Israel melanjutkan ofensifnya yang menghancurkan di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 40.800 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 94.200 lainnya sejak serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Tentara Israel juga terlibat dalam serangan lintas batas harian dengan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Baca juga: Panglima Angkatan Darat Israel mundur
Baca juga: Setahun lagi Israel akan runtuh, jika perang terus berlanjut
Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi