Tuesday, October 7, 2025
HomeBeritaDalam 2 tahun genosida, Israel hancurkan warisan sejarah Gaza

Dalam 2 tahun genosida, Israel hancurkan warisan sejarah Gaza

Dua tahun agresi militer Israel atas Jalur Gaza tidak hanya menelan puluhan ribu korban jiwa dan meluluhlantakkan infrastruktur sipil, tetapi juga menghapus sebagian besar jejak peradaban kuno yang pernah menjadikan Gaza sebagai salah satu kota tertua di dunia.

Data terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza, yang dirilis pada Minggu (6/10), menunjukkan bahwa dari 325 situs bersejarah dan warisan budaya di wilayah tersebut, sedikitnya 208 lokasi telah dihancurkan oleh serangan Israel.

Sejumlah artefak langka juga dilaporkan hilang dan diduga dijarah, sebagaimana tampak dalam rekaman yang disebarkan oleh militer Israel sendiri serta dikonfirmasi oleh para pejabat Palestina.

Bagi banyak warga dan lembaga hak asasi manusia, penghancuran sistematis terhadap situs-situs ini bukan kebetulan, melainkan “upaya terencana untuk menghapus identitas budaya dan historis bangsa Palestina.”

Gaza, persilangan peradaban di ambang lenyap

Selama ribuan tahun, Gaza dikenal sebagai simpul penting bagi berbagai peradaban: dari Mesir Kuno, Yunani, Romawi, Bizantium, hingga Fenisia dan Kanaan, kemudian berkembang pada masa Islam, Mamluk, dan Ottoman.

Setiap periode meninggalkan jejak arsitektur dan budaya yang menjadikan Gaza bukan hanya kota perdagangan, tetapi juga pusat sejarah dan warisan manusia di pesisir timur Laut Tengah.

Kawasan Kota Tua Gaza—yang meliputi permukiman bersejarah seperti asy-Syujaiyah, az-Zaytun, at-Tuffah, dan ad-Daraj—menjadi saksi keberlanjutan peradaban itu.

Kini, sebagian besar wilayah tersebut telah berubah menjadi puing-puing akibat bombardemen udara dan artileri yang kian intensif dalam dua bulan terakhir.

Beberapa situs yang menjadi korban kehancuran antara lain:

  • Masjid Agung al-Umari, masjid ketiga terbesar di Palestina yang dulunya merupakan kuil pagan, kemudian gereja Bizantium, dan akhirnya masjid sejak masa penaklukan Islam. Dihancurkan hampir total pada Desember 2023.
  • Gereja Santo Porphyrius, gereja tertua di Gaza dan ketiga tertua di dunia, menjadi sasaran dua kali serangan pada Oktober 2023, menewaskan sejumlah pengungsi yang berlindung di dalamnya.
  • Masjid Katib al-Wilayah, peninggalan era Mamluk, rusak parah akibat tembakan artileri pada Oktober 2023.
  • Masjid Sayyid Hashem, diyakini sebagai tempat makam leluhur Nabi Muhammad SAW, mengalami kerusakan besar pada Desember 2023.
  • Rumah Sakit al-Ahli al-Arabi (Baptis), rumah sakit bersejarah milik gereja Anglikan, menjadi simbol tragedi setelah pemboman yang menewaskan sekitar 500 orang.
  • Qasr al-Basha, bangunan berarsitektur Mamluk-Ottoman yang sebagian difungsikan sebagai museum, hancur pada Desember 2023.
  • Pasar Qaisariyah dan Pasar az-Zawiyah, dua pasar tradisional bersejarah, rusak berat akibat serangan.
  • Hammam as-Samra, satu-satunya pemandian era Ottoman yang tersisa, kini hilang tertimbun reruntuhan.
  • Makam al-Khidir di Deir al-Balah, yang dianggap sebagai biara Kristen pertama di Palestina, juga mengalami kerusakan sebagian.

Penggalian dan penjarahan

Selain menghancurkan, militer Israel juga dituduh menggusur dan menjarah sejumlah situs bersejarah, termasuk Pelabuhan kuno Anthedon—pelabuhan bangsa Kanaan yang menjadi cikal bakal kota Gaza modern—serta gudang artefak di Museum Gaza.

Direktur Museum Qasr al-Basha, Nariman Khallah, mengatakan bahwa selain mengalami kehancuran besar, museum itu juga kehilangan sejumlah artefak bersejarah.

“Tentara Israel berupaya menghapus identitas Palestina dengan memusnahkan jejak peradaban yang pernah ada di tanah ini,” ujarnya.

Tragedi ini menambah panjang daftar kehancuran yang melanda Gaza. Lebih dari 67.000 warga Palestina tewas dan lebih dari 169.000 terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Wabah kelaparan terus memburuk, menewaskan ratusan warga setiap minggu, termasuk banyak anak kecil.

Seiring berlanjutnya agresi dan penghancuran sistematis, para sejarawan memperingatkan bahwa Gaza berisiko kehilangan sebagian besar warisan budayanya.

Dari kota yang dulu dikenal sebagai pusat peradaban Mediterania Timur, Gaza kini menjelma menjadi kota reruntuhan—namun juga simbol keteguhan rakyat Palestina mempertahankan sejarah, identitas, dan haknya untuk tetap hidup di tanahnya sendiri.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler