Wednesday, March 19, 2025
HomeBeritaHaaretz: Netanyahu berbohong, pelanggar gencatan senjata adalah Israel bukan Hamas

Haaretz: Netanyahu berbohong, pelanggar gencatan senjata adalah Israel bukan Hamas

Surat kabar Israel Haaretz dalam artikel utamanya mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berbohong saat membenarkan dimulainya kembali perang di Gaza dengan alasan penolakan Hamas untuk membebaskan sisa tawanan yang mereka tahan.

Haaretz melaporkan bahwa Netanyahu telah membayar harga yang diminta untuk mengembalikan Menteri Keamanan Nasional yang mengundurkan diri, Itamar Ben Gvir, ke dalam pemerintahan.

Namun, “tentu saja bukan dari kantongnya sendiri, melainkan dengan darah 59 tawanan (Israel) yang mungkin nasib mereka sudah ditentukan oleh dimulainya kembali perang…”

Yang patut dicatat, partai Likud yang dipimpin Netanyahu mengumumkan bahwa partai “Kekuatan Yahudi” yang dipimpin Ben Gvir akan kembali bergabung dalam koalisi pemerintahan.

Keputusan ini datang bersamaan dengan serangan udara besar-besaran Israel pada hari Selasa, yang menyebabkan lebih dari 400 korban jiwa dari kalangan Palestina.

Partai Ben Gvir sebelumnya menarik diri dari koalisi pada Januari lalu sebagai bentuk protes terhadap gencatan senjata dengan Hamas dalam perang di Gaza.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Selasa, Kantor Netanyahu mengklaim bahwa serangan yang dilancarkan ke Gaza dimulai setelah Hamas “berulang kali menolak untuk membebaskan tawanan kami dan menolak semua tawaran yang diterimanya dari utusan AS Stephen Witkoff dan perantara lainnya.”

Namun, Haaretz menulis dengan tegas bahwa ini adalah “kebohongan.” Surat kabar ini menegaskan bahwa Israel, bukan Hamas, yang melanggar perjanjian gencatan senjata dengan perlawanan Palestina.

Selanjutnya, Haaretz menyoroti kebohongan lain dalam pernyataan Kantor Perdana Menteri, yang menyebutkan bahwa tujuan dari dimulainya kembali agresi adalah untuk mencapai tujuan perang yang ditetapkan oleh pemimpin politik, termasuk pembebasan semua tawanan Israel, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.

Israel juga melanggar janji untuk mundur dari jalur “Filadelfi,” menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan menutup pos-pos perbatasan.

Haaretz memperingatkan bahwa tekanan militer yang dilakukan Israel terhadap Hamas justru membahayakan nyawa tawanan, tentara Israel, serta warga Gaza, dan menghancurkan apa yang tersisa dari sektor Palestina.

Surat kabar tersebut mencatat bahwa seharusnya negosiasi untuk fase kedua gencatan senjata dimulai pada hari ke-16 dari fase pertama, yang seharusnya berakhir dengan pembebasan semua tawanan yang tersisa di Gaza. Namun, pemerintah Israel yang menolaknya.

Haaretz menutup artikelnya dengan menyimpulkan bahwa Netanyahu telah mengorbankan para tawanan demi menyelamatkan pemerintahannya. Kini, dirinya dan anggota koalisinya tidak lagi peduli dengan kemarahan keluarga tawanan. “Yang penting bagi mereka adalah anggaran negara.”

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular