Tentara berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat-Israel, Aidan Alexander, akan dibebaskan dari Gaza oleh kelompok Hamas, menyusul upaya diplomatik intensif yang melibatkan Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir. Pembebasan ini disebut sebagai “langkah niat baik” menjelang kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah.
Menurut laporan dari berbagai media termasuk Axios dan Haaretz, Alexander (21), yang juga merupakan anggota militer Israel dan berasal dari New Jersey, akan dibebaskan hari Senin ini (12/5) melalui jalur aman yang dijamin oleh Israel. Sebagai bagian dari kesepakatan, pasukan Israel akan memberlakukan jeda tembak di beberapa wilayah tertentu di Jalur Gaza.
Pemerintah Israel menegaskan tidak ada konsesi yang diberikan kepada Hamas untuk pembebasan Alexander. Dalam pernyataan resmi, Kantor Perdana Menteri menyebut bahwa ini semata untuk membuka koridor kemanusiaan guna menjamin keselamatan sang tentara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut pembebasan Alexander sebagai hasil dari “tekanan militer dan diplomasi intensif yang dilakukan Israel dengan dukungan Presiden Trump”.
Ia juga menyatakan bahwa pembebasan ini bisa membuka jalan bagi kesepakatan lebih besar, namun tetap menegaskan bahwa perang akan terus berlanjut hingga semua sandera dibebaskan dan Hamas dilucuti.
Sementara itu, laporan Times of Israel menyebut bahwa Hamas mendapat sinyal dari salah satu mediator bahwa pembebasan Alexander akan memberi dampak positif terhadap posisi mereka di mata Presiden Trump. Diharapkan, langkah ini dapat mendorong tekanan tambahan pada Israel agar menerima kesepakatan gencatan senjata.
Pembebasan Alexander terjadi di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel dan Hamas untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari empat bulan. Menurut data terbaru, lebih dari 52.000 orang telah menjadi korban jiwa akibat konflik ini.
Dalam pernyataan bersama, Mesir dan Qatar menyebut keputusan Hamas sebagai “langkah yang menggembirakan” yang bisa menghidupkan kembali perundingan gencatan senjata serta mempercepat masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Kedua negara itu kembali menegaskan komitmennya untuk terus menjadi penengah, bersama dengan Amerika Serikat, dalam upaya menghentikan perang dan mengakhiri krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.