Hamas membantah sebuah pernyataan yang diklaim berasal dari pihaknya terkait eskalasi militer terbaru di kawasan Teluk.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Senin (24/6) malam, Hamas menyebut bahwa pernyataan tersebut adalah palsu dan tidak mencerminkan posisi gerakan.
Kanal “Tabayyun”, saluran resmi klarifikasi yang dikelola oleh Hamas, menegaskan bahwa pernyataan yang beredar luas di media sosial dan beberapa saluran berita bukanlah milik Hamas.
“Itu adalah pernyataan palsu yang sama sekali tidak sesuai dengan fakta,” tulis kanal tersebut.
Hamas menegaskan kembali bahwa satu-satunya rujukan resmi untuk setiap pernyataan atau sikap gerakan adalah situs web resminya.
“Kami mengingatkan media dan masyarakat luas agar merujuk hanya pada platform resmi kami untuk setiap informasi atau klarifikasi,” demikian bunyi pernyataan Hamas.
Pernyataan klarifikasi ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan keamanan di kawasan Teluk setelah Iran mulai melancarkan serangan balasan terhadap Amerika Serikat (AS), menyusul serangan terhadap fasilitas nuklirnya.
Sejumlah negara di kawasan, yakni Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak, dilaporkan menutup sementara wilayah udaranya pada Senin malam sebagai langkah antisipatif atas perkembangan situasi.
Media resmi Iran melaporkan bahwa serangan ke beberapa pangkalan militer di Qatar dan Irak telah dimulai dalam operasi yang mereka sebut sebagai “Operasi Bashair al-Fath” atau “Pertanda Kemenangan”.
Kementerian Pertahanan Qatar menyatakan bahwa sistem pertahanan udara negara itu berhasil mencegat serangan rudal yang ditujukan ke Pangkalan Udara Al-Udeid, pangkalan militer terbesar AS di kawasan tersebut.
“Berkat perlindungan Ilahi dan kesiapsiagaan pasukan bersenjata kami serta langkah-langkah pencegahan yang telah diambil, tidak ada korban jiwa maupun luka-luka akibat insiden ini,” demikian pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Qatar.