Thursday, September 19, 2024
HomeBeritaHamas hanya inginkan kesepakatan yang akan akhiri agresi di Gaza

Hamas hanya inginkan kesepakatan yang akan akhiri agresi di Gaza

setiap kesepakatan harus mencakup gencatan senjata yang menyeluruh, penarikan penuh tentara Israel dari Gaza, kembalinya para pengungsi ke rumah mereka, upaya rekonstruksi, dan kesepakatan pertukaran tahanan

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada Kamis, (15/8) menyatakan, mereka memandang perundingan gencatan senjata di Doha dari “perspektif strategis yang bertujuan mengakhiri agresi di Gaza.”

“Hamas meyakini bahwa setiap negosiasi harus didasarkan pada rencana yang jelas untuk melaksanakan apa yang telah disepakati sebelumnya,” ujar Hussam Badran, anggota biro politik Hamas, seperti dikutip kantor berita Anadolu.

Kata Badran, selama ini Israel selalu menghindari kesepakatan gencatan sencata.

Badran menegaskan, setiap kesepakatan harus mencakup gencatan senjata yang menyeluruh, penarikan penuh tentara Israel dari Gaza, kembalinya para pengungsi ke rumah mereka, upaya rekonstruksi, dan kesepakatan pertukaran tahanan.

Perundingan untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza dan memfasilitasi pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas kembali dilanjutkan hari ini Jumat, (16/8) di Qatar.

Pembicaraan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat ini melibatkan perwakilan tingkat tinggi, termasuk kepala intelijen AS dan Mesir, serta pejabat Israel yang dipimpin oleh Kepala Mossad, David Barnea.

Pada hari Rabu, Hamas menyatakan akan bergabung dalam pembicaraan gencatan senjata dan pertukaran tahanan jika mereka mendapatkan komitmen yang jelas dari Israel terkait pelaksanaan proposal yang didukung oleh Presiden AS Joe Biden.

Baca juga: Empat syarat Netanyahu ancam perundingan di Qatar

Pada bulan Mei, Biden mengatakan bahwa Israel telah mengajukan kesepakatan tiga fase yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan memastikan pembebasan sandera yang ditahan di wilayah tersebut. Rencana ini mencakup gencatan senjata, pertukaran sandera-tahanan, dan rekonstruksi Gaza.

Namun, berdasarkan pernyataan terbaru dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, masih ada empat masalah utama yang perlu diselesaikan untuk mencapai kesepakatan.

Kantor Netanyahu pada Selasa menekankan perlunya mekanisme untuk mencegah pejuang bersenjata Palestina melintasi Penyeberangan Nitsarim dari Gaza tengah ke utara.

Para negosiator Israel dalam beberapa pekan terakhir mengatakan kepada wartawan bahwa syarat untuk membentuk mekanisme pemeriksaan bagi warga Palestina memperumit tercapainya kesepakatan.

Syarat kedua Netanyahu adalah Israel harus mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphi (poros Salah al-Din) dan perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir, yang telah berada di bawah kendali Israel sejak Mei.

Masalah ketiga terkait dengan kepastian jumlah tahanan Israel yang masih hidup di Gaza, yang akan ditukar dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Israel menahan setidaknya 9.500 warga Palestina di penjaranya, sementara Hamas mengklaim ada sekitar 115 tahanan Israel di Gaza, dengan lebih dari 70 di antaranya dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel.

Kesepakatan yang diusulkan akan melibatkan pembebasan sejumlah terbatas tahanan Israel, “hidup atau mati,” namun Netanyahu menegaskan bahwa sebagian besar tahanan yang masih hidup harus dibebaskan, dan Israel ingin menerima daftar nama terlebih dahulu.

Baca juga: Poin baru negosiasi, 12 tahanan Palestina untuk setiap sandera Israel

Syarat keempat adalah Israel mempertahankan hak untuk menolak pembebasan tahanan Palestina tertentu yang diinginkan Hamas untuk dibebaskan dan mengusir tahanan yang dibebaskan ke luar Palestina—syarat yang ditolak oleh Hamas.

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.

Serangan Israel sejak itu telah menewaskan lebih dari 40.000 korban jiwa, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 92.400 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.

Lebih dari 10 bulan sejak serangan Israel dimulai, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida di Pengadilan Internasional (ICJ), yang telah memerintahkan penghentian segera operasi militer Israel di kota Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina berlindung dari perang sebelum kota itu diserang pada 6 Mei.

Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi

Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular