Tuesday, September 9, 2025
HomeBeritaHamas sebut Netanyahu sadis dan penjahat perang

Hamas sebut Netanyahu sadis dan penjahat perang

Menanggapi ancaman dan peringatan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada warga Kota Gaza, Hamas menyatakan bahwa kebanggaan Netanyahu atas penghancuran puluhan menara hunian dan pengusiran ribuan warga sipil merupakan “salah satu bentuk paling keji dari sadisme dan kejahatan perang.”

Hamas menegaskan, Netanyahu telah terus-menerus melakukan kejahatan brutal terhadap warga sipil selama hampir dua tahun terakhir.

Menurut Hamas, peringatan Netanyahu—yang disebut sebagai “teroris”—agar warga Gaza meninggalkan kota mereka, merupakan praktik terang-terangan dari kejahatan pengusiran paksa.

Hal itu dilakukan dengan tekanan serangan udara, pembantaian, kelaparan, dan ancaman yang berulang.

Hamas juga mengecam sikap diam lembaga-lembaga internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, yang dinilai gagal menghentikan kebrutalan Israel.

Dalam pernyataannya, Hamas menuduh pemerintah Amerika Serikat terlibat dalam pembiaran dan pembenaran kejahatan tersebut.

Pernyataan Hamas dikeluarkan setelah Netanyahu, yang saat ini berstatus buronan Mahkamah Pidana Internasional, menyampaikan pidato melalui video.

“Saya berjanji beberapa hari lalu bahwa kami akan meruntuhkan menara-menara teror di Gaza, dan itulah yang sedang kami lakukan. Dalam dua hari terakhir, 50 menara telah dihancurkan oleh angkatan udara,” tegasnya dalam rekaman itu.

Hamas menyambut baik meningkatnya protes global atas kebungkaman dunia internasional.

Gerakan itu menyerukan kepada negara-negara dan masyarakat sipil di seluruh dunia untuk meningkatkan tekanan terhadap “entitas pendudukan fasis” Israel agar menghentikan kejahatan dan pelanggaran terhadap rakyat Palestina.

Serangan udara Israel kembali meruntuhkan bangunan ikonik di Gaza. Salah satunya adalah Menara Salam yang terletak di Jalan Omar al-Mukhtar, pusat Kota Gaza.

Gedung itu dihantam rudal beberapa saat setelah penghuni dan warga sekitar diperintahkan mengosongkan lokasi.

Padahal, di sekitarnya berdiri puluhan tenda yang menampung ratusan pengungsi.

Saksi mata yang dikutip kantor berita Anadolu menggambarkan kepanikan warga yang berebut meninggalkan menara bertingkat itu.

Banyak yang harus meninggalkan seluruh barang-barang mereka, sementara sebagian lain memilih melemparkan harta dari jendela untuk menyelamatkannya sebelum bangunan dihancurkan.

Beberapa jam sebelumnya, pasukan Israel juga meratakan Menara Ru’ya, sebuah gedung hunian bertingkat yang dihuni ratusan keluarga Palestina di wilayah barat Gaza.

Serangan dilakukan segera setelah Israel mengeluarkan peringatan agar penghuni dan para pengungsi di sekitarnya segera meninggalkan lokasi.

Dalam pidato yang sama, Netanyahu menegaskan bahwa penghancuran gedung-gedung itu hanyalah “pendahuluan” sebelum operasi darat besar-besaran di Kota Gaza.

“Saya katakan kepada warga Gaza: dengarkan baik-baik. Kalian sudah diperingatkan, keluarlah dari sana,” ujarnya, sembari menegaskan rencana pengusiran paksa secara sistematis.

Ancaman Katz

Nada ancaman yang sama juga datang dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz. Pada Senin, Katz menyatakan bahwa militer Israel akan melancarkan “badai dahsyat” terhadap Gaza.

Ia menegaskan, Hamas harus melepaskan semua sandera dan menyerahkan senjata, atau bersiap menghadapi penghancuran total atas wilayah itu.

Katz menambahkan, pasukan Israel kini terus meningkatkan intensitas operasi darat dan udara di jantung Kota Gaza.

Sejak beberapa hari terakhir, Israel memang mengintensifkan kampanye penghancuran bertahap terhadap gedung-gedung tinggi di Gaza.

Akibatnya, jumlah keluarga yang kehilangan tempat tinggal terus meningkat, memaksa mereka hidup dalam kondisi pengungsian yang kian buruk.

Pengamat memperingatkan, langkah ini bukan sekadar strategi militer, melainkan bagian dari rencana lebih besar Israel dan Amerika Serikat (AS) untuk memaksa warga Gaza mengungsi ke selatan, lalu secara bertahap mengeluarkan mereka dari Jalur Gaza.

Didukung penuh oleh Washington, Israel melancarkan serangan brutal ke Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Serangan itu telah menewaskan sedikitnya 64.522 warga Palestina dan melukai 163.096 orang lainnya, sebagian besar anak-anak dan perempuan. Ratusan ribu orang kini hidup sebagai pengungsi di tenda-tenda sementara.

Lebih mengerikan lagi, blokade yang menutup akses pangan menyebabkan bencana kelaparan. Hingga kini, sedikitnya 393 orang meninggal akibat kelaparan, termasuk 140 anak-anak.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular