Sunday, April 27, 2025
HomeBeritaHamas siap gencatan senjata panjang, senjata perlawanan adalah garis merah

Hamas siap gencatan senjata panjang, senjata perlawanan adalah garis merah

Hamas menyatakan kesiapan untuk mengadakan “kesepakatan” guna mengakhiri perang di Jalur Gaza.

Kesepakatan itu mencakup pembebasan seluruh tahanan sekaligus dan penerapan gencatan senjata selama lima tahun.

Pernyataan ini disampaikan di tengah upaya pertemuan para pemimpin Hamas dengan para mediator di Kairo, Mesir, untuk mencari jalan damai.

Taheer al-Nounou, penasihat media Kepala Biro Politik Hamas, menegaskan bahwa Hamas terbuka untuk menerima gencatan senjata jangka panjang dengan Israel di Gaza.

Namun, ia menegaskan pula bahwa Hamas tidak akan menyerahkan senjata perlawanan, yang disebutnya sebagai “garis merah” yang tidak dapat dinegosiasikan.

Menurut sumber yang dekat dengan jalannya pembicaraan, Hamas berharap dapat menggalang dukungan para mediator terhadap usulan tersebut.

Usulan meliputi penghentian penuh perang, rekonstruksi Gaza, serta pertukaran tahanan antara kedua belah pihak.

Hamas dikabarkan bersedia mempertimbangkan masa gencatan selama lima hingga tujuh tahun.

Dalam pernyataan publik pertamanya terkait isu ini, al-Nounou mengatakan, ide mengenai gencatan senjata atau durasinya bukan hal yang ditolak.

“Kami siap mendiskusikannya dalam kerangka negosiasi, dan terbuka untuk setiap usulan serius yang mengarah pada penghentian perang,” katanya.

Namun, ia menegaskan bahwa tuntutan Israel agar Hamas dan faksi-faksi Palestina lain melucuti senjata tidak dapat diterima.

“Senjata perlawanan akan tetap berada di tangan kami selama penjajahan masih ada,” tegasnya.

Sebelumnya, Hamas telah memberi isyarat bahwa mereka bisa menerima gencatan senjata jangka panjang sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri pendudukan Israel.

Pembicaraan di Kairo

Sabtu ini, delegasi Hamas yang dipimpin oleh Khalil al-Hayya dijadwalkan bertemu dengan pejabat Mesir di Kairo.

Menurut seorang pejabat Hamas kepada kantor berita AFP, kedatangannya untuk membahas sejumlah gagasan dan usulan baru mengenai penghentian tembakan dan pertukaran tahanan.

Pejabat itu menambahkan bahwa hingga Sabtu pagi, Hamas belum menerima secara resmi usulan baru mengenai kesepakatan gencatan senjata. Meski banyak ide penting telah dibahas bersama mediator dalam beberapa hari terakhir.

“Kami berharap visi Hamas dapat diterima, yang menjamin penghentian penuh agresi, penarikan total Israel, pertukaran tahanan yang serius, dan pengiriman bantuan kemanusiaan secara segera dan mencukupi,” tambah sumber tersebut.

Sebelumnya, pada 17 April lalu, Hamas menolak tawaran Israel yang mengusulkan gencatan senjata selama 45 hari sebagai imbalan pembebasan 10 tahanan Israel yang masih hidup.

Di tengah upaya Hamas mendorong kesepakatan komprehensif, Israel tetap bersikeras meminta pembebasan semua tahanannya serta pelucutan senjata Hamas dan faksi-faksi lain—sebuah tuntutan yang ditolak tegas oleh Hamas.

Sementara itu, Israel terus memperketat pengepungan terhadap Gaza dengan menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan dan barang-barang penting ke wilayah yang hancur akibat perang.

Di beberapa kawasan timur Kota Gaza, seperti Shejaiya dan Tuffah, pasukan Israel memperluas operasi militer dan menghancurkan bangunan, memaksa ratusan ribu warga sipil mengungsi.

Sejak perang kembali berkobar pada 18 Maret lalu, lebih dari 2.000 warga Palestina telah meninggal dunia dan sekitar 4.500 lainnya luka-luka.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, total korban tewas akibat agresi Israel sejak 7 Oktober 2023 kini telah mencapai 51.495 orang, dengan lebih dari 117.500 orang mengalami luka.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular