Monday, August 4, 2025
HomeBeritaHamas siap izinkan bantuan untuk tawanan Israel dengan syarat buka akses kemanusiaan

Hamas siap izinkan bantuan untuk tawanan Israel dengan syarat buka akses kemanusiaan

Sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam, menyatakan kesiapan untuk mengizinkan masuknya bantuan makanan dan obat-obatan dari Palang Merah Internasional kepada tawanan Israel di Jalur Gaza.

Namun, bantuan itu hanya akan diizinkan jika Israel membuka jalur kemanusiaan secara permanen dan menghentikan serangan udara selama proses distribusi berlangsung.

Juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaidah, dalam pernyataan resmi pada Ahad (3/8/2025), menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap permintaan Palang Merah untuk menyalurkan bantuan kepada tawanan Israel.

Namun, ia menekankan bahwa tidak akan ada perlakuan istimewa terhadap para tawanan selagi rakyat Gaza sendiri menghadapi kelaparan dan blokade.

“Kami tidak sengaja membuat para tawanan kelaparan. Mereka makan dari makanan yang tersedia bagi para pejuang kami dan warga Gaza secara umum,” ujar Abu Ubaidah.

Ia juga meminta Israel menghentikan serangan udaranya selama bantuan disalurkan.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu—yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional—meminta Palang Merah agar segera memberikan bantuan pangan dan medis kepada warga Israel yang ditahan Hamas.

Ia menuding Hamas menyebar “kebohongan besar” tentang kelaparan di Gaza, dan justru menyatakan bahwa para tawanan Israel menjadi korban “kelaparan sistematis”.

Dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan bahwa dirinya “lebih bertekad dari sebelumnya” untuk membebaskan para tawanan dan “menghabisi Hamas”.

Ia juga mengaku terguncang oleh video yang menunjukkan kondisi dua tawanan Israel, Rom Braslavsky dan Avitar David, yang dirilis oleh Al-Qassam dan Saraya Al-Quds, sayap militer Jihad Islam.

Israel mengepung para tawanannya

Video kondisi fisik para tawanan yang memburuk akibat kelaparan di Gaza memicu gelombang kemarahan di Israel.

Aksi unjuk rasa digelar di Tel Aviv oleh keluarga tawanan, menuntut agar pemerintah segera membuat kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas.

Menurut laporan lembaga penyiaran publik Israel, para keluarga menyebut kondisi para tawanan semakin kritis dan bahwa “mereka tidak akan bertahan lama di neraka.”

Mereka menegaskan satu-satunya jalan keluar adalah dengan menghentikan perang dan mengembalikan para tawanan ke rumah.

Harian Israel Hayom juga mengutip pernyataan keluarga yang menuding pemerintah telah menelantarkan mereka dan terus menipu publik dengan narasi bahwa pembebasan tawanan bisa dicapai lewat kekuatan militer.

“Ini ilusi,” ujar salah satu keluarga.

Mereka juga menyebut bahwa kemenangan hanya akan tercapai dengan pemulangan para tawanan dan rekonstruksi negara, bukan dengan perpanjangan perang.

Sejauh ini, Hamas telah berulang kali menyatakan kesiapannya membebaskan semua tawanan Israel secara serentak dalam satu kesepakatan besar.

Namun, dengan syarat penghentian perang, penarikan pasukan Israel dari Gaza, serta pembebasan ribuan tawanan Palestina dari penjara Israel.

Namun, menurut sejumlah sumber, Israel terus mengajukan syarat-syarat baru yang dianggap tidak realistis, termasuk tuntutan perlucutan senjata faksi-faksi Palestina dan rencana pendudukan ulang Gaza.

Posisi keras ini membuat pembicaraan yang dimediasi Qatar dan Mesir, dengan dukungan Amerika Serikat (AS), kembali mengalami kebuntuan.

Israel bahkan baru-baru ini memutuskan untuk mundur dari putaran negosiasi di Doha.

Menurut data terbaru, sekitar 50 warga Israel diyakini masih ditahan di Gaza, dengan 20 di antaranya masih hidup.

Di sisi lain, lebih dari 10.800 warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, ditahan di penjara Israel dalam kondisi yang dilaporkan sangat buruk.

Hal itu juga termasuk penyiksaan dan pengabaian medis, yang telah merenggut nyawa sejumlah tahanan, menurut laporan organisasi HAM Palestina dan Israel.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular