Monday, March 17, 2025
HomeBeritaHamas tanggapi pernyataan Utusan AS Steven Witkoff soal gencatan senjata

Hamas tanggapi pernyataan Utusan AS Steven Witkoff soal gencatan senjata

Hamas menanggapi pernyataan utusan Amerika Serikat (AS), Steven Witkoff, yang menyebut bahwa tanggapan Hamas terhadap usulan AS untuk melanjutkan negosiasi pertukaran tawanan dan gencatan senjata di Gaza “tidak dapat diterima”.

Hal ini terjadi di tengah prediksi dimulainya kembali negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas di Doha.

Witkoff menolak usulan Hamas yang mencakup pembebasan seorang tawanan Israel-Amerika dan pemulangan jenazah 4 lainnya yang memiliki kewarganegaraan ganda.

Dalam pernyataannya kepada CNN, witkoff mengatakan bahwa usulan Hamas mengenai gencatan senjata tidak dapat dijadikan dasar negosiasi. Ia menyebut tanggapan Hamas tentang perpanjangan gencatan senjata di Gaza “sama sekali tidak dapat diterima”.

Ia menunjukkan bahwa usulan Hamas itu mencakup pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina hanya menyenangkan keluarga mereka.

Ia menegaskan bahwa usulan AS tentang gencatan senjata di Gaza mencakup pembebasan 5 tahanan hidup, termasuk warga negara Israel-Amerika, Aidan Alexander.

Witkoff menambahkan bahwa ia tidak akan membahas secara rinci mengapa usulan Hamas tidak dapat diterima.

“Namun saya ulangi bahwa tanggapan mereka sama sekali tidak dapat diterima. Mereka kini memiliki kesempatan, namun waktu mereka hampir habis,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa ia menyarankan Hamas untuk lebih rasional dan memperhatikan apa yang dilakukan serangan AS terhadap Houthi.

Hal itu merujuk pada serangan udara AS terbaru di Yaman yang menyebabkan sejumlah korban tewas dan luka-luka.

Hamas: Tidak untuk Kesepakatan baru sampingan

Sebagai tanggapan, Hamas menegaskan bahwa yang diperlukan adalah menjalankan tahap kedua dari kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Hamas menyebut bahwa kesepakatan itu yang telah diingkari oleh (Perdana Menteri Israel) Benjamin Netanyahu, bukan membuat kesepakatan baru atau sampingan. Demikian disampaikan juru bicara Hamas Hazem Qassem kepada kantor berita Anadolu.

“Pelaksanaan kesepakatan dalam tahap-tahapnya yang berbeda akan menjamin tercapainya tujuan. Sementara bahasa ancaman tidak akan menghasilkan sesuatu yang positif, malah memperumit situasi dan tidak mendukung tujuan kesepakatan,” kata Qassem.

Ia menegaskan bahwa cara yang benar untuk mencapai tujuan kesepakatan berupa ketenangan berkelanjutan dan pembebasan tahanan adalah dengan menerapkan kesepakatan yang telah disetujui dan ditandatangani oleh semua pihak.

Hal ini terjadi meskipun Hamas pada Kamis lalu mengumumkan persetujuannya terhadap usulan mediator untuk membebaskan seorang tentara Israel-Amerika dan 4 jenazah berkewarganegaraan ganda.

Hal itu sebagai langkah untuk melanjutkan negosiasi tahap kedua dari kesepakatan yang telah dilanggar oleh Israel.

Tahap pertama dari kesepakatan berakhir pada 1 Maret tanpa kesepakatan mengenai tahap-tahap selanjutnya. Namun, perang besar belum dimulai kembali.

Tahap pertama berlangsung selama 6 minggu, yang memungkinkan Hamas membebaskan 33 tahanan Israel termasuk 8 yang telah meninggal. Sementara Israel membebaskan sekitar 1.800 tahanan Palestina.

Menjelang akhir tahap pertama, Israel meminta perpanjangan hingga pertengahan April. Namun Hamas bersikeras melanjutkan ke tahap kedua yang seharusnya mengakhiri perang.

Khalil Al-Hayya di Doha

Sebelumnya hari ini, seorang sumber di Hamas mengatakan kepada AFP bahwa delegasi Hamas yang dipimpin oleh Khalil Al-Hayya berangkat ke Doha pada Minggu pagi.

“Delegasi tersebut telah melakukan pembicaraan yang konstruktif dengan para pejabat Mesir, yang difokuskan pada upaya mendorong pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata, mengingat Hamas telah menyetujui usulan Amerika yang telah diperbarui,” kata sumber tersebut.

Ia menegaskan bahwa delegasi tersebut meminta mediator dan penjamin dari pihak AS untuk menekan Israel.

“Agar melaksanakan protokol kemanusiaan dan segera memasukkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, serta memulai negosiasi tahap kedua,” imbuhnya.

Delegasi Israel di Kairo

Sementara itu, kantor Netanyahu menyatakan hari ini bahwa delegasi Israel sedang mengunjungi Mesir dan mengikuti pembicaraan dengan pejabat Mesir terkait masalah tahanan di Gaza. Namun, ada komentar resmi dari pihak Mesir.

Kantor Netanyahu sebelumnya mengumumkan, pada Sabtu malam, bahwa Perdana Menteri telah memerintahkan tim negosiasi untuk bersiap melanjutkan pembicaraan sesuai dengan tanggapan para mediator terhadap usulan Witkoff.

Usulan itu mencakup pembebasan langsung 11 tahanan Israel di Gaza dan setengah dari korban meninggal yang tersisa, sambil menolak usulan terbaru Hamas.

Kantor tersebut menambahkan bahwa Netanyahu telah melakukan diskusi mendalam tentang masalah tahanan dengan para menteri, tim negosiasi, dan kepala lembaga keamanan.

Radio militer Israel juga mengumumkan bahwa Netanyahu telah menyelesaikan sesi konsultasi dengan kepala lembaga keamanan terkait negosiasi.

Israel menyeret perang

Sementara itu, Komite Keluarga Tahanan Israel di Gaza menuduh Netanyahu berusaha menyeret negara tersebut kembali ke perang. Israel juga mendesak Presiden AS, Donald Trump, untuk menekannya agar menyetujui kesepakatan pertukaran tahanan.

Anggota komite ini mengatakan bahwa Netanyahu mencoba menyeret seluruh negara ke dalam perang dan membuatnya membayar harga tambahan.

Mereka menambahkan bahwa Netanyahu bisa saja mengembalikan para tahanan, tetapi ia sengaja menghambat tahap kedua kesepakatan.

Survei yang dipublikasikan oleh surat kabar Israel, Israel al-Yaum, mengungkapkan bahwa 52% warga Israel mendukung melanjutkan ke tahap kedua kesepakatan.

Sementara itu, 53,2% lainnya mendukung pendekatan Trump untuk mengembalikan “yang diculik” atau membuka “pintu neraka” terhadap Gaza.

Dalam konteks ini, surat kabar Yerusalem Post hari ini melaporkan bahwa sumber militer Israel memperkirakan pemerintah akan menyetujui operasi militer di Gaza jika tidak ada terobosan di menit-menit terakhir dalam kesepakatan gencatan senjata.

Menurut sumber militer, Direktorat Intelijen Angkatan Bersenjata Israel, Shin Bet, dan Komando Selatan telah memperluas “bank target” terhadap Hamas di seluruh Jalur Gaza selama masa gencatan senjata.

Sumber tersebut menambahkan bahwa “bank target” ini memungkinkan pemerintah meningkatkan operasi secara bertahap untuk menekan kepemimpinan Hamas jika negosiasi pembebasan sandera mengalami kebuntuan.

Salah satu opsi tekanan tambahan yang sedang dipertimbangkan adalah menduduki kembali wilayah utara Gaza.

Namun, para pejabat pertahanan menegaskan pentingnya mempertimbangkan gencatan senjata dan negosiasi secara menyeluruh sebelum eskalasi militer lebih lanjut.

Israel terus melakukan serangan hampir setiap hari ke Gaza sejak awal Maret. Dinas Pertahanan Sipil dan Kementerian Kesehatan di Gaza kemarin mengumumkan syahidnya 9 warga Palestina, termasuk jurnalis, dalam serangan udara Israel di Beit Lahiya, Gaza Utara.

Pendudukan Israel juga terus mencegah masuknya bantuan dan bahan kebutuhan mendesak ke Gaza.

Israel juga dengan sengaja memutus pasokan listrik, yang menghentikan operasi terbatas pabrik penyulingan air dan mengancam bencana kemanusiaan besar. Aksi itu sebagai cara untuk memaksa Hamas merespons tuntutan Israel.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular