Seorang petinggi Gerakan Hamas, Hisyam Qasim, mengungkapkan bahwa lebih dari 60 anggota dan kader Hamas di Suriah tewas di penjara-penjara rezim Suriah sejak dimulainya revolusi Suriah pada tahun 2011.
Dalam wawancara langsung dengan Al Jazeera Arab, Qasim yang menjabat sebagai kepala Departemen Media Hamas dan anggota Biro Politik di luar negeri, mengatakan bahwa banyak anggota Hamas yang hilang dan ditahan oleh rezim Assad selama periode tersebut.
“Kami memiliki puluhan rekan dari kader gerakan kami yang hilang dan ditahan di penjara rezim Suriah sebelumnya. Setelah keberhasilan revolusi, ternyata mereka adalah para syuhada,” ujar Qasim, dengan menyebutkan bahwa jumlahnya mendekati enam puluh atau sedikit lebih.
Qasim menjelaskan bahwa penahanan dan pembunuhan terhadap anggota Hamas ini tidak didasari oleh motivasi khusus terhadap Hamas atau warga Palestina yang tinggal di Suriah.
Menurutnya, tindakan tersebut merupakan bagian dari kekejaman yang juga dialami oleh rakyat Suriah dalam perjuangan mereka melawan rezim Assad, dengan perlakuan biadab yang meliputi eksekusi hingga penghilangan paksa.
“Mereka mengalami apa yang dialami oleh rakyat Suriah yang mulia selama periode revolusi melawan rezim sebelumnya… dengan perlakuan biadab termasuk eksekusi, penahanan, pembunuhan, dan penghilangan paksa,” ungkap Qasim.
Meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang waktu penangkapan dan pembunuhan tersebut, Qasim menegaskan bahwa tidak ada indikasi bahwa penangkapan dan pembunuhan anggota Hamas terjadi setelah hubungan antara gerakan tersebut dan rezim Suriah dipulihkan.
Qasim juga menyatakan bahwa meskipun hubungan antara Hamas dan rezim Assad sempat memburuk pasca-revolusi Suriah 2011, di mana Hamas menjauh dari Assad dalam kampanye represifnya, pihaknya tidak melihat adanya pemulihan hubungan yang signifikan untuk menyelidiki kondisi penahanan atau mencari anggota Hamas yang hilang.
Di sisi lain, Qasim menyambut baik keberhasilan revolusi Suriah dan berharap pemerintah atau rakyat Suriah dapat mendukung perjuangan Palestina, termasuk hak mereka untuk melakukan perlawanan, serta upaya terus-menerus Hamas untuk membangun negara Palestina yang merdeka di atas tanah mereka sendiri dan melawan agresi Israel.
Qasim juga menegaskan bahwa meskipun rakyat Suriah telah lama mendukung perjuangan rakyat Palestina, pembukaan kembali kantor Hamas di Suriah masih belum dibahas lebih lanjut.
“Ini masih terlalu din dan belum dibahas sama sekali”, katanya.
Hubungan antara Hamas dan rezim Suriah sendiri mengalami keretakan setelah pecahnya revolusi Suriah. Meski upaya untuk memulihkan hubungan dilakukan pada tahun 2022, di mana Hamas mengirimkan delegasi ke Damaskus dan bertemu dengan Presiden Bashar Assad, hubungan tersebut tidak kembali seperti semula. (Penerjemah: Ali Muhtadin)