Seorang pejabat Hamas menilai, Amerika Serikat mungkin benar-benar berusaha menengahi negosiasi gencatan senjata karena kekhawatiran akan keamanan regional dan pemilihan presiden AS yang akan datang.
Hal itu dilaporkan kantor berita Anadolu, mengutip sumber diplomatik Kementerian Luar Negeri Turki yang berhubungan dengan pejabat Hamas yang terlibat dalam negosiasi gencatan senjata.
“Karena kekhawatiran keamanan di wilayah tersebut dan pemilihan presiden yang akan datang, AS mungkin benar-benar berusaha mengamankan perjanjian gencatan senjata,” ujar pejabat tersebut, seperti dilaporkan kantor berita Turki itu pada Selasa (3/8).
Namun, pejabat tersebut menekankan bahwa AS tidak memberikan tekanan kepada Israel dan bahwa media Amerika tidak mencerminkan “situasi yang sebenarnya,” melainkan memberikan laporan yang terlalu “optimis.”
Pejabat tersebut mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus menerus “mengajukan syarat-syarat baru,” terutama mengenai “Koridor Philadelphi” dan “perbatasan Rafah,” yang menyebabkan terjadinya kemunduran berulang kali.
Baca juga: Keluarga sandera Israel lari ke perbatasan Gaza, panggil kerabat mereka
Baca juga: Oposisi Israel sepakat gulingkan pemerintahan Netanyahu
“Setiap kali, kami kembali ke titik awal, dan proses baru dimulai,” ujar pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa Israel tidak sedang bernegosiasi, melainkan mengajukan tuntutan.
“Dengan pendekatan seperti ini, kami kehilangan harapan untuk gencatan senjata,” tambah pejabat itu, dengan catatan bahwa negosiasi saat ini berfokus pada tiga isu utama: Koridor Philadelphi, perbatasan Rafah, dan pertukaran tahanan.
AS telah memperingatkan bahwa mereka akan melanjutkan negosiasi selama dua minggu lagi tetapi akan menarik diri “jika tidak ada kesepakatan yang tercapai,” suatu langkah yang digambarkan oleh pejabat Hamas sebagai “sangat berbahaya” karena berisiko kembali ke titik awal.
“Kami mengatakan bahwa kami akan bernegosiasi dalam kerangka 2 Juli. Namun, Israel mundur dari dokumen 24-25 Mei dan rencana Biden yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. Kami tidak dapat menerima hal ini,” ujar pejabat tersebut.
Pejabat itu juga menyoroti situasi mengerikan di Gaza, di mana orang-orang “tidak dapat menemukan makanan dan obat-obatan,” dengan “hanya tepung dan barang-barang kering” yang tersedia.