Kementerian Pendidikan Palestina melaporkan bahwa sebanyak 16.802 siswa Palestina tewas dan lebih dari 26.000 lainnya terluka di Jalur Gaza dan Tepi Barat sejak Israel melancarkan serangan militer besar-besaran ke Gaza pada Oktober 2023.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Selasa (25/6/2025), Kementerian Pendidikan Palestina merinci bahwa serangan di Jalur Gaza telah menewaskan 15.553 siswa pra-universitas dan melukai 23.411 lainnya. Di Tepi Barat, tercatat 103 siswa tewas, 691 terluka, dan 361 lainnya ditahan oleh pasukan Israel.
Di tingkat pendidikan tinggi, sebanyak 1.111 mahasiswa dilaporkan tewas di Gaza, sementara 2.317 lainnya mengalami luka-luka. Banyak mahasiswa juga dilaporkan ditahan. Di Tepi Barat, 35 mahasiswa tewas, lebih dari 219 terluka, dan 399 ditahan.
Secara keseluruhan, sebanyak 25.728 siswa di Gaza dan sedikitnya 910 siswa di Tepi Barat mengalami luka akibat serangan yang dilancarkan oleh militer Israel.
Kementerian juga mencatat korban di kalangan tenaga pendidik. Di Gaza, 701 guru dan staf pendidikan pra-universitas tewas dan 3.015 luka-luka. Sementara di Tepi Barat, empat orang staf pendidikan tewas, 21 luka, dan 182 ditahan. Di lingkungan universitas di Gaza, 221 staf dilaporkan tewas dan 1.416 luka-luka. Di Tepi Barat, 17 staf universitas ditahan.
Total korban dari kalangan tenaga pendidikan di kedua wilayah mencapai 926 orang tewas dan 4.452 luka-luka.
Dampak serangan terhadap fasilitas pendidikan juga sangat signifikan. Di Jalur Gaza, lebih dari 118 sekolah negeri dilaporkan hancur total, 252 mengalami kerusakan parah, dan 91 lainnya dibom. Lebih dari 60 gedung universitas juga hancur. Selain itu, 93 sekolah yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) turut menjadi sasaran serangan.
Di Tepi Barat, pasukan Israel dilaporkan telah merusak 152 sekolah dan melakukan penggerebekan terhadap delapan universitas.
Kementerian menyoroti bahwa siswa di Jalur Gaza tidak dapat mengikuti ujian akhir sekolah menengah atas yang dimulai pada 21 Juni di Tepi Barat, termasuk Yerusalem. Ini menjadi tahun kedua berturut-turut siswa Gaza tidak dapat mengikuti ujian tersebut akibat situasi perang.