Meski kebutuhan kemanusiaan di Jalur Gaza masih sangat besar, hanya 60 truk bantuan yang berhasil masuk ke wilayah tersebut pada Minggu (12/10) melalui perlintasan Karem Abu Salem.
Bantuan itu tiba di tengah upaya warga Gaza yang perlahan mencoba memulihkan kehidupan di wilayah yang luluh lantak akibat perang.
Truk-truk bantuan tersebut membawa barang dagangan dan pasokan kemanusiaan yang diamankan oleh perusahaan swasta, sebelum melintasi Jalan Salahuddin menuju gudang-gudang di wilayah tengah dan utara Gaza.
Menurut koresponden Al Jazeera, Hani al-Shaer, seharusnya sekitar 400 truk diizinkan menyeberang setiap hari sesuai kesepakatan gencatan senjata yang berlaku.
Namun kenyataannya, 150 truk datang kosong ke perlintasan Karem Abu Salem dan hanya sekitar 20 yang kembali membawa bantuan sebelum jam kerja di pos tersebut berakhir.
Al-Shaer menambahkan, sebagian truk yang sempat mencapai Kota Khan Younis langsung diserbu warga yang kelaparan dan menyita muatannya.
Situasi distribusi bantuan, katanya, masih berlangsung dalam suasana yang kacau. Jumlah bantuan yang masuk hari ini pun tak jauh berbeda dengan volume yang tercatat dalam beberapa bulan terakhir.
Satu-satunya pintu masuk yang berfungsi saat ini adalah Karem Abu Salem, sementara perlintasan Rafah tetap tertutup karena dikuasai oleh pasukan Israel di sisi Palestina.
Dalam perkembangan terpisah, Israel untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir mengizinkan masuknya 15 truk berisi gas elpiji dan solar ke wilayah tengah Gaza melalui Karem Abu Salem.
Koresponden Al Jazeera lainnya, Rami Abu Taima, melaporkan bahwa hanya sedikit truk tambahan yang diperbolehkan melintas hari ini.
Muatan bantuan
Juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan kepada Al Jazeera bahwa truk-truk bantuan yang masuk membawa tepung, daging beku, dan buah segar.
Ia menambahkan, pengiriman gas elpiji hari ini merupakan yang pertama sejak Maret lalu.
Menurut OCHA, tim-tim kemanusiaan telah dikerahkan untuk membantu distribusi bantuan segera setelah truk-truk tiba di wilayah Gaza.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan juga menyatakan bahwa konvoi bantuan asal Turki mulai mencapai wilayah tersebut.
Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menegaskan bahwa penduduk Gaza masih menghadapi kelaparan, malnutrisi, serta kekurangan tempat tinggal dan pasokan dasar.
“Kami akan terus memberikan layanan penting di seluruh wilayah Gaza bagi mereka yang paling membutuhkan,” demikian pernyataan UNRWA.
UNRWA dan lembaga-lembaga PBB lainnya sebelumnya menyebut memiliki ribuan truk yang siap dikirim ke Gaza, namun tertahan karena pembatasan akses.
Tanda-tanda kehidupan kembali
Di sisi lain, tanda-tanda kehidupan mulai tampak perlahan di beberapa bagian Kota Gaza setelah dua hari gencatan senjata.
Koresponden Al Jazeera, Nour Khaled, melaporkan bahwa aktivitas warga mulai kembali di kawasan pusat kota, terutama di Jalan Omar al-Mukhtar di Distrik Rimal yang sebelumnya sepi total akibat serangan.
Beberapa pedagang kembali membuka lapak, toko-toko kecil mulai beroperasi, dan suasana di wajah warga tampak sedikit lebih cerah dibandingkan hari-hari sebelumnya, meskipun bayang-bayang kehancuran masih jelas terlihat di sekitar mereka.
Rekaman video yang diperoleh Al Jazeera memperlihatkan keramaian di Lapangan al-Saraya di pusat Gaza, dengan kendaraan dan warga yang mulai memenuhi jalanan.
Menurut laporan Dinas Pertahanan Sipil, sekitar 500.000 pengungsi telah kembali ke Kota Gaza dan wilayah utara sejak gencatan senjata diberlakukan pada Jumat siang.
Petugas juga berhasil mengevakuasi sekitar 160 jenazah dari reruntuhan bangunan sejak saat itu.
Sementara itu, pemerintah kota, lembaga lokal, dan kelompok masyarakat di Gaza serta Khan Younis mulai membersihkan puing-puing untuk membuka kembali jalan-jalan utama.
Sebuah langkah kecil di tengah reruntuhan besar perang yang meninggalkan luka mendalam bagi seluruh Gaza.