Perlawanan kelompok Palestina di Gaza menghambat rencana “zona terpisah” yang diupayakan Israel untuk membagi Gaza menjadi beberapa wilayah terpisah.
Hal itu diutarakan pengamat militer, Kolonel Hatem Karim Al-Falahy, kepada Aljazeera Arabic pada Senin (25/11).
“Dalam analisis atas situasi militer di Gaza, aksi perlawanan yang semakin intensif di utara dan selatan Gaza menggagalkan upaya Israel untuk mengukuhkan kendali di lapangan,” ungkap Falahy.
Ulasan militer Falahy disampaikan menyusul pertempuran sengit antara kelompok perlawanan Palestina dan pasukan Israel di Beit Lahiya.
Dalam insiden itu, Brigade Al-Qassam berhasil menjebak pasukan Israel dalam sebuah serangan dan mengklaim telah menghancurkan sebuah tank Israel.
Falahy menjelaskan, eskalasi perlawanan terlihat dari utara di Jabalia hingga ke selatan di Rafah, termasuk di Zeitoun dan wilayah lainnya. Semua aksi ini terkoordinasi melalui pusat operasi bersama antarfaksi perlawanan.
Ia menambahkan, kesulitan pasukan Israel untuk melakukan penetrasi mendalam ke wilayah Gaza diakibatkan tingginya kerugian yang mereka alami.
Sebab itu mereka memilih mengandalkan strategi waktu dan melemahkan perlawanan secara bertahap.
Baca juga: Menkeu Israel serukan pengurangan separuh populasi Gaza dalam dua tahun
Strategi “Zona Terpisah”
Menurut Falahy, rencana “zona terpisah” bertujuan membagi Gaza menjadi empat wilayah yang dipisahkan oleh jalur militer seperti Netzarim dan Kissufim.
Strategi ini ditujukan untuk merusak koordinasi dan solidaritas di antara kelompok perlawanan.
Namun, aksi perlawanan yang terus berlangsung telah menghambat penerapan rencana ini, terutama dengan kerugian besar yang dialami pasukan Israel.
Kata Falahy, meski berada di bawah blokade, kelompok perlawanan tetap menunjukkan kemampuan bertahan dan melancarkan serangan-serangan yang merugikan Israel.
“Serangan-serangan ini secara perlahan menguras kekuatan Israel, menghalangi tercapainya tujuan perang mereka,” jelasnya.
Ia juga menyoroti tekanan publik Israel yang mendesak penyelesaian isu tahanan perang Israel yang ditahan kelompok perlawanan.
Falahy menilai Israel mengandalkan strategi “penggerusan perlahan” dan penekanan ekonomi terhadap warga Gaza untuk melemahkan perlawanan.
Di sisi lain, Israel juga menghadapi tekanan di front lain, seperti pertempuran di perbatasan Lebanon, yang menjadi beban tambahan yang besar.
Dalam situasi ini, Falahy memandang Israel berusaha mempertahankan “keuntungan terbatas” di Gaza sambil menunggu stabilisasi di front Lebanon.
Sementara itu, diskusi mengenai kemungkinan penempatan pasukan internasional atau Arab untuk mengelola Gaza di masa depan semakin mengemuka.
Baca juga: Gallant akan ke Washington meski ada surat perintah penangkapan ICC