Badan Intelijen Nasional Turki (MIT) berhasil menggagalkan pengiriman alat komunikasi yang telah dimodifikasi dengan bahan peledak di Bandara Istanbul. Penemuan tersebut terjadi pada tahun 2024, namun baru terungkap setahun kemudian melalui laporan harian Sabah.
Kargo seberat 850 kilogram itu terdiri dari 61 kotak berisi 1.300 perangkat pager dan 710 pengisi daya (charger), yang disamarkan sebagai alat pencacah makanan (food chopper). Kargo itu diketahui berasal dari Hong Kong dan akan dikirim ke Lebanon pada 27 September 2024, hanya dua hari setelah ledakan serupa mengguncang wilayah Lebanon.
Laboratorium menemukan bahwa bahan peledak jenis putih tak dikenal dan sumbu detonator disembunyikan di dalam kompartemen baterai setiap pager. Pengisi daya juga diketahui mengandung bahan peledak berwarna cokelat yang dimasukkan dalam bentuk cairan logam. Alat-alat tersebut dapat diledakkan melalui sinyal atau pemanasan berlebih.
Penemuan ini terjadi di tengah kontroversi terkait “Operasi Pager” yang dilakukan oleh Israel di Lebanon pada September 2024. Operasi tersebut, menurut Kepala Mossad David Barnea, menjadi “titik balik” dalam konflik dengan kelompok Hizbullah.
Barnea mengklaim bahwa operasi tersebut memberikan pukulan telak yang menggoyahkan moral organisasi tersebut.
Dalam pernyataan publik langka pada Februari 2025, Barnea menyatakan bahwa operasi itu berperan penting dalam membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan mendorong terwujudnya kesepakatan gencatan senjata.
Namun, serangan yang menewaskan sedikitnya 51 orang dan melukai hampir 3.000 lainnya di Lebanon, termasuk warga sipil, menuai kecaman dari masyarakat internasional. Komisaris Tinggi HAM PBB, Volker Türk, menyebut serangan itu sebagai pelanggaran hukum internasional.
Dugaan keterlibatan Mossad semakin menguat setelah sejumlah media menyebut perangkat dalam pengiriman tersebut berasal dari perusahaan Taiwan, Gold Apollo. Perusahaan ini sempat membantah keterlibatan dan menyatakan bahwa lisensi merek dagang mereka digunakan oleh Bac Consulting KFT yang berbasis di Hongaria—perusahaan yang kemudian diduga sebagai kedok operasi Mossad.
MIT mulai menyelidiki pengiriman tersebut setelah menerima informasi intelijen tentang rencana pengiriman perangkat komunikasi ke Lebanon. Kargo yang berhasil dicegat itu diketahui ditujukan kepada Trade Mania LLC di Lebanon, dengan perusahaan logistik SMT Global Logistics Limited bertindak sebagai broker di Türki.
Sementara itu, perusahaan pengirim diidentifikasi sebagai Guangzhou Maoteng Yu dari Tiongkok.
Menurut Sabah, penemuan ini menjadi salah satu topik utama dalam pertemuan antara Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan Perdana Menteri Lebanon Najib Miqati pada 18 Desember 2024. Miqati menyampaikan apresiasi atas upaya Turki menggagalkan pengiriman berbahaya tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, otoritas Türki juga telah membongkar sejumlah jaringan mata-mata yang diduga terkait dengan Mossad. Puluhan orang ditangkap karena diduga melakukan spionase dan menargetkan warga Palestina, termasuk tokoh-tokoh yang terkait dengan Hamas.