Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Natanz merupakan pelanggaran besar terhadap hukum internasional dan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Hal tersebut disampaikan dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Spanyol, José Manuel Albares Bueno, pada Minggu (15/6/2025).
Dalam pembicaraan tersebut, Araghchi kembali menegaskan bahwa program nuklir Iran sepenuhnya bersifat damai dan berada di bawah pengawasan ketat Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
“Menyerang fasilitas nuklir damai suatu negara merupakan pelanggaran serius. Apalagi program nuklir Iran telah diverifikasi dalam kerangka Resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB,” ujar Araghchi.
Ia menambahkan bahwa Iran mengharapkan semua negara serta IAEA mengecam agresi Israel ini dengan pernyataan tegas.
Sebelumnya, Israel dengan dukungan Amerika Serikat melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap sejumlah lokasi di Iran pada Jumat dini hari. Target serangan mencakup fasilitas nuklir, infrastruktur militer, serta kawasan permukiman di Teheran dan kota-kota lain.
Fasilitas nuklir Natanz di dekat kota Isfahan juga menjadi salah satu sasaran. Namun, menurut keterangan otoritas Iran, kerusakan hanya terjadi pada permukaan karena mesin sentrifugal berada jauh di bawah tanah. Tidak ada laporan mengenai korban jiwa maupun kebocoran radiasi.
Sementara itu, Badan Energi Atom Iran menegaskan tidak terjadi insiden apa pun di fasilitas nuklir Fordow, dan kerusakan di Natanz bersifat minimal.
Araghchi juga menuduh Israel telah melanggar Piagam PBB dan hukum internasional dengan melakukan serangan di tengah proses diplomatik tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat.
“Serangan ini dilakukan hanya dua hari sebelum putaran keenam perundingan nuklir Iran-AS di Muskat, Oman. Tujuan utamanya jelas, yakni menggagalkan proses diplomatik dan memicu konflik lebih luas,” katanya.
Ia menyoroti pula bahwa Israel memiliki rekam jejak panjang dalam menyerang kawasan permukiman dan menewaskan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
“Membela diri adalah respons yang sah atas tindakan agresi,” tegas Araghchi.
Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa Angkatan Bersenjata Iran akan terus menjalankan operasi defensif yang “sepenuhnya terukur” demi menjaga kedaulatan nasional, integritas wilayah, dan keselamatan warga sipil.