Friday, April 25, 2025
HomeBeritaIsak tangis di tengah puing: Seruan seorang anak dari Gaza

Isak tangis di tengah puing: Seruan seorang anak dari Gaza

Sebuah rekaman video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan seorang anak laki-laki Palestina yang terluka parah setelah serangan udara Israel mengguncang kawasan Yarmouk di Kota Gaza.

Dalam video itu, anak tersebut tampak terlempar ke bangunan sebelah akibat dahsyatnya ledakan.

Dengan tubuh berlumuran darah dan wajah yang dipenuhi debu, ia mengangkat tangannya, bukan untuk melambaikan perpisahan, tetapi untuk meminta pertolongan.

Serangan yang menargetkan rumahnya itu menyebabkan ayah dan 5 saudari kandungnya gugur, sementara sang ibu mengalami luka berat.

Di tengah puing-puing bangunan dan tubuh-tubuh yang hancur, si anak berdiri sendirian, menjadi saksi hidup dari tragedi kemanusiaan yang kembali menimpa Gaza.

Video memilukan tersebut diabadikan oleh fotografer dan aktivis Palestina, Mahmoud Shalha, dan menyebar cepat di berbagai platform digital.

Banyak warganet mengungkapkan keprihatinan dan kemarahan, seraya mengajukan pertanyaan yang menggantung: sampai kapan kekerasan ini akan terus terjadi tanpa ada pertanggungjawaban?

Jurnalis Al Jazeera, Anas Al-Sharif, mengonfirmasi bahwa anak dalam video tersebut bernama Ali Faraj Faraj.

Ia selamat secara ajaib dari serangan udara Israel di wilayah utara Gaza yang merenggut nyawa keluarganya.

“Ayah dan kelima saudarinya tewas seketika. Sang ibu mengalami luka serius,” ujar Al-Sharif.

Gambar anak kecil yang mengangkat tangannya di tengah kehancuran bukan sekadar permintaan bantuan.

Ia merepresentasikan jeritan diam masyarakat Gaza—sebuah tudingan terhadap diamnya dunia yang, bagi sebagian orang, terasa lebih menyakitkan dari perang itu sendiri.

Di tengah gempuran yang terus berlangsung di Jalur Gaza, pertanyaan yang terus bergema dari para penyintas adalah: berapa banyak lagi anak-anak yang harus mengangkat tangan mereka seperti ini agar dunia akhirnya bergerak? Puluhan ribu nyawa telah melayang—anak-anak, perempuan, dan laki-laki—namun aksi nyata dari komunitas internasional masih belum terlihat.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular