Israel membatalkan rencana ekspor ratusan tank Merkava ke sejumlah negara asing, termasuk Eropa, untuk memperkuat kesiapan tempur pasukan dalam menghadapi konflik di Gaza dan potensi eskalasi di Lebanon.
Keputusan ini diambil Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Israel, Mayor Jenderal Eyal Zamir, setelah mempertimbangkan pentingnya peran pasukan lapis baja dalam operasi darat yang tengah berlangsung.
Rencana ekspor bernilai puluhan juta dolar tersebut sejatinya hampir rampung melalui negosiasi antara Kementerian Pertahanan, perwakilan SIBAT (Direktorat Kerja Sama Pertahanan Internasional), dan calon pembeli asing.
Namun, sejak perang meletus, prioritas dialihkan ke pemenuhan kebutuhan domestik, termasuk pembentukan batalyon cadangan dan percepatan produksi kendaraan lapis baja.
Dalam kurun waktu 1,5 bulan pertama sejak perang dimulai, Israel berhasil memproduksi sekitar 85 kendaraan tempur, termasuk tank Merkava, APC Namer, dan Eitan—angka yang mendekati produksi normal satu tahun penuh.
Kementerian Pertahanan juga mengucurkan anggaran sekitar NIS 4 miliar (sekitar USD 1,08 miliar) untuk pengadaan darurat, termasuk buldoser lapis baja D9 yang sebagian dilengkapi sistem otonom “Panda” buatan Alta Systems.
Meski demikian, konflik di Gaza menimbulkan kerugian signifikan bagi korps lapis baja Israel. Menurut Eurasian Times (17 November 2024), IDF kehilangan tank Merkava Mk IV Barak tercanggih untuk pertama kalinya, dihancurkan oleh ranjau IED besar.
Defence Security Asia (30 Juni 2024) memperkirakan lebih dari 500 kendaraan lapis baja Israel—termasuk tank Merkava—rusak atau hancur oleh serangan pejuang Hamas dan Hizbullah. Middle East Monitor (8 Desember 2023) juga melaporkan klaim Brigade Al-Qassam yang menghancurkan 79 kendaraan Israel hanya dalam tiga hari.
Kerugian tersebut memicu kekhawatiran bahwa reputasi Merkava sebagai salah satu tank paling tangguh di dunia dapat tercoreng, dan berdampak pada prospek ekspor jangka panjang.
IDF sendiri tidak pernah merilis angka resmi kerugian tank, diduga untuk melindungi citra produk di pasar senjata internasional, sebagaimana dibahas di forum daring Reddit pada Mei 2024.
Di sisi lain, laporan IDSF (20 Februari 2025) menyebut Merkava tetap menjadi tulang punggung operasi darat Israel di Gaza dan Lebanon sepanjang Perang Pedang Besi. Sejak awal dikembangkan, penjualan Merkava ke luar negeri memang dibatasi demi menjaga keunggulan militer Israel sendiri.
Keputusan penghentian ekspor dan percepatan produksi di dalam negeri mencerminkan fokus Kementerian Pertahanan Israel untuk memastikan kesiapan pasukan menghadapi konflik berkepanjangan, sekaligus menegaskan kembali pentingnya tank Merkava dalam doktrin tempur Angkatan Darat Israel.