Friday, December 26, 2025
HomeBeritaIsrael ingin mandiri senjata, warganet: tanpa AS mustahil

Israel ingin mandiri senjata, warganet: tanpa AS mustahil

Rencana persenjataan besar-besaran yang diumumkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memicu perbincangan luas di berbagai platform digital.

Publik mempertanyakan motif Tel Aviv yang kini beralih dari ketergantungan pada impor menuju upaya mencapai kemandirian dalam industri persenjataan.

Israel saat ini menempati peringkat ke-15 dunia sebagai pengimpor senjata, dengan porsi sekitar 2 persen dari total impor senjata global.

Amerika Serikat (AS) menjadi pemasok utama persenjataan Israel dengan kontribusi sekitar 69 persen, disusul Jerman sebesar 30 persen, Italia 0,9 persen, serta sejumlah negara lain seperti Inggris, Prancis, dan Spanyol dengan persentase yang lebih kecil.

Namun, sebagaimana disampaikan Netanyahu, Israel berniat melampaui fase ketergantungan pada pihak luar.

Ia mengumumkan persetujuannya untuk mengalokasikan lebih dari 100 miliar dollar AS dalam kurun 10 tahun ke depan.

Tujuannya, guna membangun industri amunisi nasional yang mandiri, sekaligus “mengurangi ketergantungan pada siapa pun, termasuk para sekutu”.

Menurut laporan media Israel, langkah ini muncul di tengah diberlakukannya pembatasan penjualan senjata oleh sejumlah negara sekutu Israel, seperti AS, Inggris, dan Jerman, akibat perang di Gaza.

Di beberapa negara tersebut, bahkan menguat desakan publik untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel dan menjatuhkan sanksi.

Keraguan yang menguat

Program Jaringan Media Sosial (“Syabakat”) dalam episodenya pada 25 Desember 2025 mencatat beragam respons warganet terhadap rencana tersebut.

Sebuah akun bernama Al-Syahid menilai langkah Israel sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan berkurangnya dukungan Amerika Serikat di masa depan, seiring potensi keterlibatan Washington dalam konflik-konflik baru.

“Saya kira karena perang-perang Amerika di masa depan, dukungan penuh kepada Israel tidak akan lagi tersedia. Karena itu Israel bersiap untuk mengandalkan dirinya sendiri dalam perang-perangnya,” tulis akun tersebut.

Sementara itu, akun Simo meragukan kemampuan Israel untuk benar-benar mencapai kemandirian persenjataan tanpa payung AS.

Menurutnya, jenis persenjataan yang dibutuhkan Israel melampaui kapasitas produksi domestiknya.

“Omong kosong. Israel tanpa Amerika bukan apa-apa. Jenis persenjataan yang dibutuhkan Israel jauh melampaui kemampuan internalnya,” tulisnya.

Keraguan serupa disampaikan akun Roman, yang mempertanyakan aspek-aspek mendasar dari rencana tersebut, mulai dari sumber pendanaan, teknologi militer, hingga ketersediaan bahan baku.

“Dari mana mereka akan mendapatkan dana miliaran dollar? Dari mana teknologi militer Barat itu? Dari mana logam, mesin produksi, dan bahan mentahnya? Ini propaganda yang gagal,” tulis Roman.

Adapun akun Adam mengaitkan rencana persenjataan Israel dengan dampak pasca-7 Oktober serta meningkatnya isolasi internasional yang dihadapi Tel Aviv.

Ia menilai Israel menyadari bahwa dukungan global yang selama ini menopang keberadaannya berpotensi menyusut di masa depan.

“Setelah 7 Oktober, Israel secara internasional sudah berakhir. Mereka tahu bahwa di masa depan akan semakin terisolasi dan dukungan—yang menjadi dasar keberadaannya—akan berhenti. Karena itu mereka berusaha keras untuk bergantung pada diri sendiri, meski tidak akan pernah berhasil,” tulisnya.

Di sisi lain, sejumlah laporan media Israel mengaitkan pernyataan Netanyahu tentang superioritas udara Israel dengan kepemilikan jet tempur siluman F-35 buatan AS.

Israel menjadi satu-satunya negara di kawasan yang mengoperasikan pesawat tersebut, dengan 45 unit F-35 yang saat ini telah aktif, serta 30 unit tambahan yang masih dalam daftar pesanan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler