Hossam Abu Safia, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahia, Gaza Utara, mengatakan pada Kamis (26/12), militer Israel menggunakan robot peledak di sekitar gedung rumah sakit tersebut.
Serangan ini menyebabkan kerusakan besar pada fasilitas rumah sakit dan melukai seorang perawat akibat serpihan yang menembus salah satu ruang pasien. Demikian dilaporkan laman Aljazeera Arabic.
“Sayangnya, malam tadi adalah yang terburuk. Robot peledak itu sangat dekat dengan rumah sakit, dan jelas bahwa jumlah bahan peledak yang digunakan jauh lebih besar kali ini,” kata Abu Safia dalam sebuah pernyataan.
Abu Safia mengatakan, serpihan ledakan menembus bangunan rumah sakit dan menghantam salah satu kamar pasien. Hal itu mengakibatkan perawat Hassan Al-Dabbous menderita luka serius di kepala.
Krisis Fasilitas dan Peralatan
Abu Safia menegaskan, rumah sakit kekurangan sumber daya untuk menangani kasus-kasus darurat seperti ini.
“Kami berupaya memindahkan pasien ke rumah sakit lain. Saya berharap perawat yang terluka bisa dirujuk ke RS Baptis Al-Ahli untuk menjalani operasi dan mendapatkan perawatan lebih lanjut,” ungkapnya.
Ia juga melaporkan bahwa ancaman drone militer Israel terus berlanjut. Seorang anggota tim medis wanita terkena serpihan proyektil yang ditembakkan drone dan mengalami luka di leher. Kondisinya dilaporkan sedang.
Desakan untuk Perlindungan Internasional
Abu Safia menyerukan perlindungan internasional bagi sistem kesehatan di Gaza yang terus menjadi sasaran serangan, sementara penduduk sipil menghadapi pembantaian yang terus berlangsung.
Ia menjelaskan bahwa ledakan terakhir pada Kamis pagi sekitar pukul 04.30 waktu setempat telah merusak sebagian besar fasilitas rumah sakit, termasuk pintu, jendela, dan dinding internal. Akibatnya, unit perawatan intensif hampir tidak bisa beroperasi.
Saat ini, ada sekitar 75 pasien di rumah sakit, ditambah pendamping mereka dan 180 tenaga medis, sehingga totalnya mencapai 350 orang yang berada di dalam gedung rumah sakit yang terkepung.
Abu Safia juga mengungkapkan kekurangan akut dalam pasokan medis dan makanan. Distribusi barang kebutuhan dalam rumah sakit dilakukan dengan sangat hati-hati karena serangan udara Israel yang terus berlangsung.
Tuduhan Kejahatan Perang
Sementara itu, Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh militer Israel menggunakan teknologi robot peledak untuk menyerang warga sipil dan fasilitas vital di Jalur Gaza.
“Penggunaan teknologi militer canggih oleh Israel untuk menargetkan warga sipil adalah kejahatan perang,” kata kantor tersebut.
Israel telah memberlakukan blokade ketat di Gaza Utara sejak 5 Oktober lalu. Warga Palestina menuduh Israel berusaha menguasai wilayah tersebut dan mengubahnya menjadi zona penyangga dengan memaksa penduduk mengungsi di bawah serangan masif dan larangan masuknya makanan, air, serta obat-obatan.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel, dengan dukungan Amerika Serikat, dituduh melakukan genosida di Gaza yang telah menyebabkan lebih dari 153 ribu korban jiwa dan luka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Krisis ini menciptakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia, dengan kelaparan yang menewaskan puluhan anak dan orang tua.
Baca juga: Bayi Gaza berumur dua minggu meninggal akibat kedinginan
Baca juga: Serangan udara Israel bunuh lima jurnalis Palestina