Serangan Israel ke Lebanon baru-baru ini dinilai sebagai langkah yang disengaja untuk mengalihkan perhatian dunia dari agresi mereka yang berlangsung di Gaza.
Hal ini disampaikan pengamat Timur Tengah, Mohammed Mourtaja, dalam artikelnya di situs Middle East Eye yang terbit kemarin, (20/9).
Mourtaja berpendapat, motif di balik serangan tersebut lebih dalam daripada yang terlihat di permukaan.
Menurut Mourtaja, serangan Israel ke Lebanon telah direncanakan dengan cermat, terutama saat perhatian dunia mulai berkurang terhadap penderitaan di Gaza.
“Serangan ini dilakukan pada saat yang tepat, di mana pemerintahan Amerika Serikat yang sedang sibuk dengan tahun politik, tidak memiliki kapasitas untuk mempengaruhi Israel agar menghentikan perang,” tulisnya.
Mourtaja mengutip pernyataan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, dan Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich, yang telah lama mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyerang Lebanon.
Kedua menteri tersebut dikenal vokal menolak setiap upaya gencatan senjata, bahkan pada Juni mereka secara terbuka menyerukan invasi ke Lebanon.
Motif terselubung lainnya, lanjut Mourtaja, adalah untuk memberikan Israel ruang untuk melanjutkan kampanye yang lebih gelap di Gaza.
Di tengah perhatian internasional yang beralih ke Lebanon jika perang pecah, Israel bisa melanjutkan agenda pembersihan etnis di Gaza.
“Dengan perhatian dunia yang teralihkan, Israel dapat terus membunuh, melukai, membuat kelaparan, dan mengusir warga Palestina di Gaza tanpa banyak sorotan,” ujarnya.
Baca juga: 2 tentara Israel tewas di perbatasan Lebanon
Sejak awal konflik ini, menurut Mourtaja, melalui berbagai dokumen yang bocor, sudah jelas bahwa tujuan Israel adalah menghapus keberadaan warga Palestina di Gaza, baik dengan memaksa mereka pindah ke Mesir atau membunuh mereka.
Korban jiwa di Gaza, menurut data resmi Kementerian Kesehatan Palestina, telah mencapai lebih dari 41.000 orang.
Namun sebuah studi yang diterbitkan oleh The Lancet pada Juli lalu memperkirakan angka sebenarnya bisa mencapai 186.000.
Konflik yang berlangsung hampir satu tahun ini telah menempatkan warga Palestina dalam perjuangan untuk bertahan hidup dari upaya Israel yang ingin menghapus Gaza secara total.
Penunjukan gubernur militer permanen untuk Gaza oleh pemerintah Israel baru-baru ini menunjukkan bahwa mereka berencana untuk terus menduduki dan bahkan mungkin mencaplok wilayah tersebut.
Namun, rencana ini sulit disembunyikan di bawah sorotan internasional saat ini. Sebuah perang di Lebanon dapat menggeser perhatian dunia, memberi Israel ruang untuk melancarkan ambisi tersebut.
“Jika perang pecah di Lebanon, ini akan menjadi kesempatan bagi Israel untuk mengeksekusi rencana mereka sepenuhnya di Gaza,” kata Mourtaja,
Dia mengingatkan agar dunia tidak melupakan Gaza meski situasi di Lebanon memburuk.
Lebih lanjut, Mourtaja menyerukan agar dunia Arab bersatu menentang genosida Israel di Gaza dan agresinya terhadap Lebanon. Ia juga mendesak komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi kepada pemerintah Israel atas tindakannya.
“Sejarah tidak akan melupakan Gaza, dan kita juga tidak boleh melupakannya,” pungkasnya.
Baca juga: Lebanon larang pager dan walkie-talkie dalam penerbangan setelah ledakan