Militer Israel dikabarkan tengah mempersiapkan operasi militer untuk menguasai kapal-kapal dalam Armada Solidaritas Global yang diperkirakan akan tiba di lepas pantai Gaza dalam empat hari ke depan.
Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya Israel untuk mencegah upaya internasional memecah blokade terhadap Jalur Gaza yang telah berlangsung selama 18 tahun.
Saluran resmi Israel, KAN, melaporkan bahwa pasukan komando laut Israel telah melakukan latihan lapangan intensif dalam beberapa hari terakhir, sebagai persiapan untuk “menguasai kapal-kapal di tengah laut.”
Latihan ini, menurut klaim militer Israel, dilakukan dengan tujuan “meminimalkan risiko cedera bagi para aktivis di atas kapal”.
Kedatangan armada tersebut bertepatan dengan perayaan Hari Raya Yom Kippur (Hari Pendamaian Yahudi), yang jatuh antara Rabu dan Kamis mendatang. Pihak berwenang Israel dilaporkan meningkatkan kesiagaan di sejumlah rumah sakit, mengantisipasi kemungkinan adanya korban dalam bentrokan jika operasi militer dijalankan saat hari libur nasional.
Masih menurut laporan KAN, pemerintah Israel disebut telah mengajukan beberapa opsi kepada penyelenggara armada, termasuk pengalihan bantuan kemanusiaan melalui Pelabuhan Ashkelon, Pulau Siprus, bahkan Vatikan.
Namun, tawaran tersebut ditolak oleh pihak penyelenggara, yang tetap bersikukuh untuk menyalurkan bantuan secara langsung ke Gaza melalui laut. Israel menilai penolakan tersebut sebagai “aksi provokasi yang terencana”.
Laporan terpisah dari media Walla menyebutkan bahwa Kementerian Kesehatan Israel telah menginstruksikan rumah sakit-rumah sakit untuk meningkatkan kesiapsiagaan menjelang kemungkinan konfrontasi, mengingat keterbatasan tenaga medis saat libur nasional.
Jika operasi militer benar-benar dilaksanakan, ini akan menjadi pengulangan atas insiden penyitaan dua kapal sebelumnya, Madelin dan Handala, yang dicegat oleh militer Israel masing-masing pada bulan Juni dan Juli lalu.
Armada Solidaritas yang kini tengah berlayar disebut sebagai upaya terbesar sejauh ini dalam memecah blokade laut Israel terhadap Gaza. Armada ini terdiri dari sekitar 50 kapal yang berangkat dari pantai Yunani, dengan membawa lebih dari 500 aktivis dari 40 negara, termasuk anggota dari Koalisi Armada Kebebasan, Gerakan Global Gaza, dan Konvoi Solidaritas.
Dalam pernyataan resminya, penyelenggara armada menyebutkan bahwa mereka kini berada sekitar 825 kilometer dari Gaza. Mereka juga melaporkan keberadaan dua drone militer yang terbang di atas kapal, namun belum ada serangan langsung yang terjadi.
Namun, insiden sebelumnya pada Rabu lalu mencatat bahwa 9 kapal dalam armada tersebut mengalami 12 ledakan, yang diduga berasal dari serangan drone. Beberapa kapal dilaporkan mengalami kerusakan material akibat serangan tersebut.
Armada ini bergerak di tengah situasi kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza. Sejak Maret 2025, Israel memperketat blokade dengan menutup seluruh akses perbatasan dan melarang masuknya bantuan pangan serta medis, yang mengakibatkan kelaparan masif dan kematian ratusan warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel — dengan dukungan Amerika Serikat — melancarkan agresi militer besar-besaran di Jalur Gaza. Hingga kini, lebih dari 66.000 warga Palestina dilaporkan tewas dan 168.000 lainnya terluka, di tengah kehancuran luas dan gelombang pengungsian besar-besaran.