Jakarta (ANTARA)
Isu Palestina mendominasi pembahasan dalam pertemuan para menteri luar negeri East Asia Summit (EAS) ke-14 yang berlangsung di Vientiane, Laos, pada Sabtu, (27/7).
Selain dibahas oleh Indonesia, yang diwakili Menlu Retno Marsudi, isu Palestina juga diangkat oleh sejumlah negara lain yakni Malaysia, Brunei Darussalam, India, Amerika Serikat, Singapura, Australia, Vietnam, Rusia, Selandia Baru, dan China.
Menlu Retno menyampaikan bahwa dalam semua pertemuan bilateral, Indonesia telah menyoroti soal keadilan dan kemanusiaan untuk Palestina. Seruan tersebut kembali ia suarakan dalam pertemuan EAS.
“Ini bukan hanya mengenai Palestina, tetapi mengenai keadilan dan kemanusiaan,” katanya dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI.
Retno memahami bahwa banyak negara anggota EAS telah melakukan berbagai upaya sesuai kapasitasnya, baik untuk bicara dengan Israel maupun dengan berbagai faksi di Palestina dengan satu tujuan, yaitu untuk mendorong gencatan senjata permanen dan segera di Gaza.
Banyak negara juga telah mendorong masuknya bantuan kemanusiaan dan terciptanya lingkungan kondusif bagi terciptanya perdamaian yang langgeng di Timur Tengah.
Baca juga: Jenderal Israel kaget akan kemampuan Hamas, butuh bertahun-tahun untuk membongkarnya
Baca juga: Kepala CIA akan bertemu utusan Israel, Qatar, dan Mesir di Roma bahas gencatan senjata Gaza
Lebih lanjut, Retno menyampaikan pentingnya semua negara untuk bersuara lebih keras bahwa solusi dua negara merupakan satu-satunya solusi yang memungkinkan bagi konflik Israel-Palestina.
“Kita semua harus mencegah terus berlanjutnya upaya untuk mewujudkan solusi satu negara. Ide yang mengarah pada one state solution harus dihapuskan,” tutur Retno.
Ia memaparkan beberapa langkah penting yang perlu diambil dalam mewujudkan solusi dua negara, antara lain dengan mendukung keanggotaan penuh Palestina di Dewan Keamanan PBB dan pengakuan terhadap negara Palestina.
Retno juga menegaskan bahwa segala upaya melabeli badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) sebagai organisasi teroris, harus dihentikan.
“Melabeli UNRWA sebagai organisasi teroris sama sekali tidak dapat diterima,” ujarnya tegas.
Menlu RI mengajak negara-negara anggota EAS untuk bersatu dan dalam kapasitasnya masing-masing agar membantu mendorong dihentikannya perang di Gaza serta secara konsisten memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan.
EAS merupakan forum regional terbuka yang muncul di kawasan Asia Timur sejak 2005. Pada awal pembentukannya, terdapat 16 negara peserta EAS, yaitu 10 negara ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Amerika Serikat dan Federasi Rusia resmi bergabung menjadi peserta EAS pada KTT ke-6 EAS di Bali, November 2011. Dengan demikian, jumlah negara peserta EAS sekarang menjadi 18.
EAS merupakan forum leaders-led summit dengan ASEAN sebagai kekuatan penggerak (driving force) dalam kemitraan dengan negara-negara anggota lainnya.