Keluarga sandera Israel pada Sabtu (17/8) mendesak pemerintah menyelesaikan kesepakatan dengan faksi-faksi Palestina minggu ini. Mereka mengancam akan meningkatkan tekanan jika hal ini tidak terjadi.
Dikutip dari Anadolu, keluarga sandera, yang telah melakukan protes selama berbulan-bulan, menggelar konferensi pers di depan Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, dan menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghalangi tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
Mereka mengatakan Netanyahu menggagalkan kesepakatan tersebut dengan menambahkan syarat-syarat baru dalam negosiasi.
Keluarga-keluarga tersebut memperingatkan bahwa ini adalah kesempatan terakhir untuk menyelamatkan nyawa anak-anak mereka yang telah ditahan di Gaza selama lebih dari 10 bulan.
Mereka juga memperingatkan bahwa kegagalan untuk menyelesaikan kesepakatan “akan memicu seluruh kawasan,” yang menunjukkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas. Mereka menekankan bahwa kesepakatan harus diselesaikan minggu ini.
Mereka mengancam akan meningkatkan protes mereka di seluruh negara jika kesepakatan tidak tercapai.
Baca juga: Empat syarat Netanyahu ancam perundingan di Qatar
AS, Mesir, dan Qatar telah mengajukan proposal baru kepada Israel dan Hamas yang bertujuan untuk menutup kesenjangan yang tersisa guna memfasilitasi pelaksanaan kesepakatan dengan cepat.
Menurut pernyataan bersama, pembahasan yang diadakan selama dua hari di Doha digambarkan sebagai “serius dan konstruktif” serta berlangsung dalam suasana yang positif.
Sementara para mediator tidak mengungkapkan rincian spesifik dari proposal baru tersebut, mereka mencatat bahwa proposal ini sejalan dengan prinsip-prinsip yang diuraikan oleh Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei (proposal gencatan senjata tiga tahap) dan Resolusi Dewan Keamanan No. 2735.
Israel telah membunuh lebih dari 40.000 warga Palestina sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan sekitar 250 orang diculik sebagai sandera. Pembicaraan mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan terus dilakukan melalui mediator Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha