Pakar militer, Mayor Jenderal Purnawirawan Faiz Al-Duweiri, memperkirakan serangan roket ke Tel Aviv pada Senin malam oleh Hizbullah menggunakan jenis roket “Malak,” yang dikenal memiliki daya hancur besar.
Dalam analisisnya di Al Jazeera, Al-Duweiri menjelaskan kepala roket Malak berbobot 250 kilogram dengan jangkauan hingga 250 kilometer dan akurasi tinggi.
Kata Duweiri, roket “Malak” hanya memiliki margin kesalahan sekitar lima meter. Roket ini jauh lebih presisi dibandingkan roket lain seperti “Nasr” atau “Fadi.”
Namun, media Israel menyebut kemungkinan roket yang digunakan adalah “Fateh-110,” berdasarkan informasi dari sumber polisi Israel. Roket ini dilaporkan menghantam wilayah Ramat Gan, Tel Aviv, menyebabkan kerusakan besar dan mengancam runtuhnya bangunan di lokasi serangan.
Gagalnya Sistem Iron Dome
Iron Dome, sistem pertahanan udara andalan Israel, terdiri dari tiga elemen utama: radar, unit pelacakan, dan unit peluncur. Menurut Al-Duweiri, kegagalan intersepsi bisa disebabkan oleh ketidaktepatan radar atau malfungsi unit peluncur yang tidak mampu menghancurkan roket di udara.
Pada prinsipnya, sistem Iron Dome dirancang untuk menghantam kepala roket yang datang sehingga meledak di udara, dengan tujuan meminimalkan dampak saat serpihan jatuh.
Namun, jika roket dihantam di bagian belakang, bagian depan yang berisi bahan peledak berpotensi tetap jatuh ke tanah dan meledak.
Iron Dome dikenal efektif untuk menghadapi ancaman dalam radius 4 hingga 70 kilometer, tetapi tidak memberikan jaminan perlindungan 100%.
Al-Duweiri memperkirakan tingkat keberhasilan sistem ini hanya mencapai 60-65%, sehingga terdapat kemungkinan 35-40% roket tetap mencapai targetnya.
Serangan ini kembali menyoroti kerentanan sistem pertahanan Israel di tengah meningkatnya eskalasi serangan lintas perbatasan dari Lebanon, dengan risiko tinggi bagi infrastruktur dan warga di wilayah yang terkena dampak.
*Sumber: Al Jazeera, media Israel*