Saturday, July 26, 2025
HomeBeritaKesaksian mantan tentara AS: Kebrutalan terjadi di pusat bantuan GHF di Gaza

Kesaksian mantan tentara AS: Kebrutalan terjadi di pusat bantuan GHF di Gaza

Seorang mantan tentara Angkatan Darat Amerika Serikat yang bekerja untuk Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—organisasi bantuan yang didukung Amerika Serikat (AS) dan Israel serta banyak dikecam lembaga internasional—membuka suara tentang kekerasan brutal yang disaksikannya selama bertugas di Gaza.

Dalam wawancara dengan Channel 12 Israel, pria yang identitasnya dirahasiakan itu menyebut GHF sebagai mekanisme yang membahayakan warga sipil dan harus segera dihentikan.

GHF, yang mulai beroperasi pada akhir Mei 2025 dengan menyalurkan bantuan secara sepihak tanpa koordinasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah menuai kritik tajam dari PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan.

Mekanisme distribusinya disebut sebagai “jebakan maut”. Data PBB menunjukkan lebih dari 1.000 warga Palestina tewas sejak GHF mulai beroperasi, sebagian besar saat menunggu bantuan di tengah kondisi pertempuran aktif.

“Saya tiba di Israel pada Mei lalu untuk bekerja dengan GHF. Tapi yang saya lihat di lapangan sangat jauh dari misi kemanusiaan,” ujar sang mantan tentara yang mengaku memiliki pengalaman militer selama 25 tahun.

Menurutnya, lokasi pusat distribusi bantuan GHF berada di area terpencil yang tidak dapat diakses kendaraan oleh warga Gaza.

Mereka harus berjalan kaki membawa beban berat melintasi zona perang aktif, hanya untuk mendapatkan sekantong makanan atau air bersih.

“Ini adalah sistem yang gagal sejak awal. Ini tidak bisa diperbaiki—harus dihentikan,” ujarnya.

Kesaksian yang paling mengejutkan datang saat ia menggambarkan perilaku rekan-rekannya sesama petugas keamanan yang bertugas di lokasi pembagian bantuan.

Ia menyaksikan sendiri warga Palestina tak bersenjata yang disemprot gas merica hanya karena mengambil makanan dari tanah.

Dalam insiden lain, seorang perempuan Palestina terkena lemparan granat kejut secara langsung.

“Saya sendiri jatuh tersungkur menyaksikan itu semua. Saat itulah saya sadar bahwa saya tidak bisa terus bekerja di sana,” katanya.

Ia juga mengungkap bahwa setelah bantuan selesai dibagikan, para penjaga dari pihak Amerika mulai melepaskan tembakan ke arah kaki warga untuk memaksa mereka segera pergi dari lokasi.

“Selama bertugas di militer, saya belum pernah menyaksikan penggunaan kekuatan sebesar ini terhadap warga sipil tak bersenjata. Saya tidak akan ikut andil dalam hal seperti ini,” katanya.

Ironisnya, menurut pengakuannya, bahkan tentara Israel yang berada di area tersebut mengaku frustrasi dengan situasi tersebut.

“Mereka tidak punya kendali atas siapa yang masuk atau keluar, dan menganggap ini sebagai ancaman operasional yang serius,” ungkapnya.

Menurutnya, masalah yang ada bukan sekadar insiden lapangan, melainkan kegagalan struktural dari keseluruhan sistem.

“Jika PBB diberi akses, koordinasi, dan sumber daya sebesar ini, hasilnya akan jauh lebih manusiawi dan efektif,” tuturnya.

Namun, sejak awal, Israel menunjukkan sikap bermusuhan terhadap lembaga-lembaga PBB, terutama UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina. UNRWA kini dilarang beroperasi di Gaza, Israel, maupun Tepi Barat.

Pihak GHF segera membantah semua tuduhan yang dilontarkan mantan penjaga tersebut.

Dalam pernyataan resminya, GHF menyatakan bahwa mereka telah meluncurkan investigasi internal segera setelah laporan tersebut muncul.

“Berdasarkan rekaman video dan kesaksian saksi mata, kami menyimpulkan bahwa tuduhan dalam laporan itu sepenuhnya tidak benar. Mantan kontraktor yang diwawancara telah dipecat beberapa minggu lalu karena perilaku yang tidak pantas,” tulis pernyataan itu.

GHF juga menegaskan bahwa tidak ada penembakan terhadap warga sipil di lokasi distribusi bantuan GHF.

Mereka mengklaim bahwa suara tembakan dalam video berasal dari militer Israel dan terjadi di luar area distribusi, tidak diarahkan kepada warga, dan tidak menimbulkan korban.

Namun, pengakuan yang berlawanan datang dari sumber lain. Awal bulan ini, sejumlah perwira senior komando selatan militer Israel secara terbuka mengakui bahwa operasi di lokasi distribusi bantuan GHF memang menewaskan warga sipil Palestina.

Mereka menyebut beberapa serangan dilakukan dengan tembakan tak terukur dan tak akurat.

Kesaksian ini menambah panjang daftar kritik terhadap pendekatan Israel dan sekutunya dalam menangani krisis kemanusiaan di Gaza.

Sementara Israel terus berusaha menyingkirkan PBB dari operasi bantuan dan menggantikannya dengan struktur yang dikendalikan sendiri.

Justru, lanjutnya, sistem alternatif ini menunjukkan potret kekacauan yang lebih dalam—dan kini bahkan menggerus kepercayaan dari sebagian kalangan pro-Israel sendiri di Amerika.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular