Friday, March 7, 2025
HomeBeritaKisah Abdullah al-Yazuri, bocah Gaza yang suaranya dihilangkan BBC

Kisah Abdullah al-Yazuri, bocah Gaza yang suaranya dihilangkan BBC

Abdullah al-Yazuri, yang berusia 13 tahun, telah menyaksikan kematian dan kehancuran dalam skala yang tidak bisa dibayangkan oleh banyak orang.

Setelah selamat dari genosida Israel di Gaza, yang hingga saat ini telah merenggut nyawa setidaknya 48.380 warga Palestina, impian Abdullah adalah untuk belajar jurnalistik di Inggris, tempat ayahnya meraih gelar PhD.

Namun dalam beberapa pekan terakhir, Abdullah justru terjebak dalam perdebatan nasional di Inggris, yang dipicu oleh perannya sebagai narator dalam sebuah dokumenter BBC mengenai anak-anak Gaza, Gaza: How To Survive a Warzone.

Berbicara kepada Middle East Eye (MEE) pekan ini, Abdullah menggambarkan bagaimana ia menghabiskan berjam-jam dihadapan kamera saat perang berlangsung di Gaza.

Ia mengatakan bahwa tujuannya membuat dokumenter tersebut adalah untuk “menyebarkan pesan tentang penderitaan yang disaksikan anak-anak di Gaza.”

Namun, hanya empat hari setelah dokumenter tersebut ditayangkan pada 17 Februari, BBC menariknya dari platform streaming iPlayer setelah adanya kampanye intens dari kelompok pro-Israel dan media Inggris lainnya.

Kritik mereka berfokus pada pengungkapan bahwa ayah Abdullah, Ayman al-Yazuri, adalah wakil menteri pertanian di pemerintahan Gaza yang dikelola oleh Hamas.

Ayah Abdullah ini telah banyak dijuluki sebagai “pemimpin Hamas”, “pejabat Hamas”, atau “ketua teroris” oleh komentator dan organisasi media di Inggris.

Namun, MEE mengungkapkan pada 20 Februari bahwa Ayman al-Yazuri sebenarnya adalah seorang teknokrat dengan latar belakang ilmiah, bukan politisi, dan sebelumnya bekerja di kementerian pendidikan UEA serta menempuh pendidikan di universitas-universitas Inggris.

Menteri, birokrat, dan pegawai negeri di Gaza diangkat oleh Hamas, sementara di Tepi Barat mereka diangkat oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Penarikan dokumenter ini disertai dengan hujatan dan pelecehan online terhadap Abdullah dan keluarganya.

“Saya telah bekerja lebih dari sembilan bulan untuk dokumenter ini, tapi itu tiba-tiba dihapus dan dihilangkan… sangat menyedihkan bagi saya,” kata Abdullah, yang telah menghabiskan sekitar 60 jam untuk mendapatkan footage tersebut.

“Sangat mengecewakan dan sedih melihat reaksi balik ini terhadap saya dan keluarga saya, serta pelecehan yang kami terima,” tambahnya.

Dia mengatakan bahwa kejadian ini telah memberikan tekanan mental yang besar baginya dan membuatnya merasa takut akan keselamatannya. Kini, ia menyatakan bahwa ia menyalahkan BBC atas nasib yang menimpanya.

Tindakan BBC dalam hal ini telah mendapat kritik dari berbagai tokoh media terkemuka, mantan diplomat, dan politisi.

Sir Vincent Fean, mantan Konsul Jenderal Inggris untuk Yerusalem, mengatakan bahwa BBC dan produser “memiliki kewajiban untuk melindungi martabat dan kesejahteraan seorang anak berusia 13 tahun yang tidak bersalah. Mereka gagal, dia menerima surat kebencian, dan kesehatan mentalnya menderita,” ujarnya.

“Dia tidak pantas mendapatkan ini. Malu pada mereka.”

Pada Selasa lalu, ketua BBC, Samir Shah, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa pengungkapan terkait dokumenter tersebut adalah “belati di hati klaim BBC untuk bersikap netral dan dapat dipercaya.”

Meski BBC dituduh menyiarkan “propaganda Hamas”, tidak ada bukti yang menunjukkan adanya pengaruh Hamas dalam konten film tersebut. Abdullah mengatakan bahwa narasinya ditulis oleh perusahaan produksi yang ditugaskan untuk dokumenter tersebut tanpa campur tangan pihak luar.

Ketika Abdullah yang berusia 13 tahun mengetahui bahwa film itu telah ditarik, ia merasa sangat kecewa. Menurutnya, BBC tidak menghubunginya untuk meminta maaf.

Sebaliknya, organisasi ini justru terlibat dalam perdebatan lebih lanjut mengenai pembayaran yang diterima Abdullah.

Kelompok pro-Israel UK Lawyers for Israel mengumumkan pada Senin lalu bahwa mereka telah melaporkan BBC dan produsen dokumenter kepada polisi kontra-terorisme untuk kemungkinan pelanggaran terorisme.

BBC telah mengonfirmasi pekan lalu bahwa perusahaan produksi film tersebut, Hoyo Films, membayar keluarga Yazuri sejumlah uang terbatas untuk narasi tersebut. Abdullah mengatakan ia tidak menerima pembayaran finansial untuk dokumenter itu selain uang untuk menutupi biaya-biaya terkait.

Abdullah menjelaskan, “Dalam kontrak yang ditandatangani antara perusahaan produksi… dan ibu saya, tidak ada pembayaran untuk saya atau keluarga saya. Namun, saya menerima $1.000 yang ditransfer ke akun saudara perempuan saya, yang digunakan untuk keperluan pribadi, tidak lebih.”

MEE juga telah menghubungi Hoyo Films untuk meminta komentar mengenai biaya yang dibayarkan kepada Abdullah dan rincian kontrak yang dia tandatangani.

Anggota Parlemen dari Partai Buruh, Kim Johnson, mengatakan kepada MEE bahwa “narasi Abdullah menawarkan perspektif yang sangat penting yang layak didengar, bukan disensor.”

Ia menggambarkan keputusan untuk menarik dokumenter tersebut sebagai “usaha mencengangkan lainnya untuk membungkam kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi di Gaza.”

Sejarawan Britania-Israel, Avi Shlaim, yang juga profesor emeritus hubungan internasional di Oxford, mengatakan kepada MEE bahwa penarikan film tersebut “hanya contoh terbaru dari kemunduran lembaga penyiaran publik terhadap tekanan dari lobi pro-Israel.”

BBC memiliki jurnalis yang sangat baik untuk isu Israel-Palestina,” kata Shlaim, “tapi para pimpinan mereka sangat terkendala oleh bias yang jelas dan terus-menerus memihak Israel.”

Pembuat film dan jurnalis Richard Sanders, yang telah memproduksi beberapa dokumenter tentang Gaza untuk Al Jazeera selama perang Israel di wilayah tersebut.

Ia menekankan bahwa “lebih dari 200 jurnalis telah dibunuh oleh Israel di Gaza”. Ia juga mencatat bahwa “tim yang membuat ini pada dasarnya dicap sebagai sekutu Hamas. Dan di tengah cerita ini, ada seorang anak yang rentan.”

Akhirnya, Abdullah tetap berharap film tersebut akan diputar kembali dan tersebar di seluruh dunia. Ia mengatakan bahwa ia merasa terhibur dengan banyaknya dukungan yang diterima film tersebut di Inggris, meskipun di tengah pelecehan yang diterimanya.

Surat yang diorganisir oleh Artists for Palestine UK yang meminta dokumenter tersebut diputar kembali telah menerima lebih dari 1.000 tanda tangan dari para profesional media, termasuk tokoh terkenal seperti Gary Lineker, Juliet Stevenson, dan Miriam Margolyes.

Kelompok ini mengatakan kepada MEE bahwa BBC telah gagal total dalam kewajibannya sebagai media. Mereka bermain politik dengan nyawa anak-anak yang terluka oleh kekerasan genosida selama 17 bulan.

Abdullah mengucapkan terima kasih kepada “semua orang di Inggris yang mendukung saya, mendukung dokumenter ini, dan telah memprotes agar dokumenter ini diputar kembali di BBC.”

“Saya mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya, dan teruskan upaya kalian yang semoga dapat dan akan mengembalikan film ini ke BBC,” tambahnya.

“Saya berharap Gaza bisa melihat cahaya lagi, bahwa anak-anak Gaza memiliki masa depan yang cerah lagi dan semua orang di tempat sepanjang 260 kilometer ini… melihat masa depan yang lebih baik dan esok yang lebih baik. Harapan saya adalah untuk belajar jurnalistik [di] Inggris.”

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular