Thursday, June 12, 2025
HomeBeritaKonvoi Afrika Utrara menuju Gaza: Simbol perlawanan sipil lawan blokade

Konvoi Afrika Utrara menuju Gaza: Simbol perlawanan sipil lawan blokade

Dari perbatasan Tunisia-Libya, kabar baru datang dari upaya lintas negara untuk menembus blokade terhadap Gaza.

Sejumlah kendaraan dari Konvoi Keteguhan (Qafilat al-Sumud), yang diluncurkan dari Tunisia pada Senin (9/6), mulai memasuki wilayah Libya melalui pos perbatasan Ras Jedir.

Konvoi yang tidak membawa bantuan kemanusiaan secara fisik ini, menurut penyelenggaranya, justru bermaksud mengirimkan pesan politik dan moral.

Keterlibatan warga sipil dalam gerakan internasional menentang pengepungan atas Gaza.

Aksi ini digelar oleh Koordinasi Aksi Bersama untuk Palestina, sebagai bagian dari upaya global yang lebih luas.

Ribuan aktivis dari Maghribi

Berbeda dari upaya-upaya sebelumnya, konvoi darat ini merupakan yang pertama dengan cakupan luas di kawasan Afrika Utara.

Sedikitnya 1.500 aktivis dari Aljazair, Maroko, dan Mauritania ikut serta, dan jumlah ini diperkirakan akan bertambah dengan bergabungnya aktivis dari Libya.

Mereka bergerak dalam puluhan bus dan mobil pribadi, membawa bendera Palestina, dan meneriakkan yel-yel yang mengecam agresi Israel serta membongkar kebungkaman masyarakat internasional.

Setelah bertolak dari pusat ibu kota Tunis, konvoi melewati berbagai provinsi seperti Sousse, Sfax, Gabes, dan Medenine, sebelum akhirnya tiba di titik perbatasan terakhir di Ras Jedir untuk memasuki Libya.

Rute konvoi ini akan melintasi kota-kota utama di Libya seperti Tripoli, Misrata, Sirte, Benghazi, dan Tobruk, sebelum menyeberangi perbatasan Mesir di Saloum pada 12 Juni.

Jika tidak ada halangan, para peserta akan tiba di Kairo, lalu menuju ke perbatasan Rafah pada 15 Juni untuk mendekati Gaza.

Momentum perjalanan darat ini bertepatan dengan insiden laut yang mengguncang opini publik global.

Di hari yang sama saat konvoi darat ini memulai langkahnya, kapal Madeleine yang mengangkut 12 aktivis internasional disergap oleh pasukan komando laut Israel di perairan internasional.

Kapal itu ditahan dan digiring ke pelabuhan Ashdod, Israel, memicu gelombang kecaman dari sejumlah negara dan lembaga internasional.

Kapal Madeleine dan Konvoi Keteguhan adalah dua dari sekian banyak bagian dari gerakan masyarakat sipil lintas negara yang kini terdiri dari lebih 30 negara.

Mereka beroperasi dalam koordinasi dengan Aliansi Freedom Flotilla, Global March to Gaza, dan Koordinasi Aksi Bersama untuk Palestina.

Gerakan ini hadir di tengah kondisi kemanusiaan yang memburuk drastis di Gaza, menyusul pengepungan ketat yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan makin memburuk sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023.

Ketika faksi-faksi perlawanan Palestina meluncurkan Operasi Thaufab al-Aqsha, dengan Hamas sebagai penggerak utamanya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular